Monolog
MIMPI
Karya
Ary Wib
Malam hari,
disuatu tempat, berantakan, kertas-kertas berserakan, beberapa gelas dan
botol-botol juga menghiasi ruang tersebut hingga menampakkan sebuah pemandangan
artistik yang aneh, berserakan – seperti sengaja dihambur-hamburkan atau
sengaja di letakkan seperti itu. Kisah ini dilatarbelakangi oleh seorang
laki-laki, dia masih muda yang jelas-jelas baru memulai hidupnya. Mungkin dia
sedang gelisah, atau memang gelisah. Lampu menyala nampak laki-laki itu sedang menyalakan
rokok, menghisap sekali, lalu mematikannya, lalu menyalakan lagi, dan mematikan
lagi begitu seterusnya sampai sisa rokok habis dan dia tak bisa menyalakan
kembali. Kemudian tangannya menggapai sebuah kertas, didalamnya tertulis
kata-kata, kemudian ia membacanya.
Aku tulis kata-kata ini dengan tenaga yang ku miliki
Aku tak bisa membiarkan diri ini selalu dihantam mimpi-mimpi
Yang entah akan terjadi atau tidak
Dengan perih aku menulis, sepenuhnya hanya tentang mimpi-mimpi
Mimpi-mimpi yang tentu saja membutakanku....
Setelah
dibacanya, kemudian dia membacanya kembali, berkali-kali sampai tempo membaca
yang cepat, kemudian dia tertawa sedih dan secara taksadar mengeluarkan air
mata dari kelopak matanya, dan selembar kertas itu dibakar, kemudian dikumpulkan
kertas-kertas yang lain untuk dibakar juga, sehingga panggung adalah ruang
laki-laki dengan tumpukan-tumpukan kertas yang dibakarnya... cahaya lampu
meredup selama kertas tersebut menyala dengan api yang cukup besar. Laki-laki itu menari-nari, diantara
kertas-kertas yang terbakar. Setelah kertas-kertas tersebut habis dibakar.. dia
menggapai abu dari kertas-kertas tersebut lalu menghambur-hamburkannya sehingga
memenuhi seluruh panggung, nampak setting yang lebih aneh lagi dari sebelumnya.
Dan....
Aku menari-nari
diatas mimpi-mimpiku, aku menangis diatas mimpi-mimpiku, aku tertawa diatas
mimpi-mimpiku. Dan sekarang semua telah menjadi debu... semua menjadi debu..
kuinjak-injak hingga sakit terasa pada mimpi-mimpiku yang selama ini
melemparkanku pada kenistaan. Tidak aku hanya bermimpi.,. aku akan bangun dari
kenistaan, atau bahkan aku akan terhanyut oleh nya... tidak-tidak... sebelumnya
kau perlu tahu, aku tak seperti yang kau bayangkan, aku bukan orang yang tak
pandai bersyukur, dan aku bukan orang yang menyesal atas pilihan yang aku
terima hari ini. Aku berada disini juga bukan karenamu, aku disinipun bukan
karena siapa-siapa, aku disini adalah karenaku sendiri, aku yang menjadi momok
kehadiranku disini yang mungkin tak kau harapkan.
Mimpi, mimpi
itulah yang membuatku berada disini, tempat ini yang telah aku jadikan
istanaku, istana ketidakpuasan sejak monolog ini dimulai. Aku sering bermimpi,
bahkan aku tak lupa sedikitpun untuk menuliskan mimpiku dalam buku catatanku,
sejak kecil aku adalah pemimpi, pembual kelas kakap, tapi apa salahnya orang
bermimpi, tidak kan... ? kumulai mimpi kecil saat itu, saat aku sedang bermain
dengan ponakannku, aku menyembunyikan sepatu boneka barbienya didalam tempat
battere mobil-mobilan, saat itu aku bermimpi ingin membeuat boneka dan kubuat
sepatunya sebanyak mungkin dan kemudian kuganti fungsi battre untuk
mobil-mobilan agar battre tidak dijual lagi, karena aku resah saat melihat
ayahku yang hendak pergi kesawah harus membeli battre dulu di warung sebelah
untuk senternya, senter yang boros battre, tapi bukan masalah battre aku
bermimpi, tapi karena kenapa harus aku yang disuruh membeli battre ke warung
sebelah, yang mana letak warung itu harus menyeberang jalan, umurku kala itu
kalau tidak salah masih 7 tahun, padahal didalam rumah, ada kakakku yang saat
itu sudah menginjak kelas 4 Sekolah Dasar. Kenapa mesti aku.... maka dari itu
aku bermimpi ingin menjadi pembuat boneka, dan kubuat sepatunya
sebanyak-banyaknya.
Itu mimpi
kecilku, benar-benar bodoh, sangat bodoh kala itu. Mengapa aku harus memiliki
mimpi sebodoh itu,
Laki-laki
itu menggapai botol dan gelas, botol tersebut bukan botol minuman keras, botol
air minum biasa.. dia minum air terakhir
dari botol itu kemudian memuntahkanya, memuntahkan sampai tetes terakhir, sehingga
ditempatnya duduk menjadi basah...
Saat beranjak
sekolah berbeda lagi, dan mungkin ini lebih bodoh, saat aku sedang tidak
bermain dengan teman-temanku, aku memang tidak punya teman kala itu, karena
hari-hariku, kuhabiskan didalam kamar, disekolah, dikelas dan di rumah dokter
langgananku, karena saat aku sedang banyak mengalami sakit asma... saat itu aku
merasa jenuh harus dikamar terus, akhirnya akupergi kedapur mengambil rantang,
kau tau rantang, biasa yang biasa di gunakan oleh para ibu-ibu untuk meletakkan
beberapa bumbu-bumbu dapur. Dan aku langsung berlari menuju belakang rumah, aku
takut ketahuan ayahku. Bisa-bisa ku dibuat memar olehnya karena aku pergi
bermain. Aku lari ke empang-empang diatara kebun-kebun tebu yang ada dibelakang
rumah, aku masuk dalam empang itu, kutangkap beberapa udang-udang tawar dan
ikan wader kecil didalam empang itu. Aku habiskan waktu sampai senja di empang
itu, dengan mengumpulkan udang-udang tawar kecil dan ikan wader itu. Lalu
kubawanya pulang kerumah kemudia kulepaskan di ember yang kuberikan air . dan
saat itu aku dihadang oleh ibuku, aku kena semprot, yang inilah, yang itulah
alasan yang keluar dari mulut ibuku, aku tak mendengarkannya, aku masih
memperhatikan ikan-ikanku dan udang-udangku di ember. Saat itu sontak aku
berkata pada ibu, “ bu aku hanya ingin memelihara ikan dan udang yang ada di
empang belakang rumah, aku prihatin karena mereka susah mencari makan jika
hidup disana” itulah yang aku katakan, itu juga pun menjadi mimpiku kala itu,
sungguh aneh dan bodoh sekali, sudah jelas jika ikan dan udang tidak bisa hidup
di air yang tenang.. tapi aku bangga memiliki mimpi itu kala itu, karena aku
menganggap diriku sendiri sebagai pecinta hewan dan penyanyang hewan.. sungguh
aku rasa ini benar-benar mimpi yang aneh,,,
Tertawa
terpingkal-pingkal karena cerita yang dia katakan tadi.. mulailah laki-laki itu
dengan keanehannya lagi, dia berputar-putar, berputar mengelilingi ruang yang
dia buat sendiri semakin cepat dia berputar, berlari dan kemudian dia
tersungkur dilantai.
Menginjak
remaja mimpiku semakin kabur—abstrak semakin tidak jelas saja, mungkin karena
aku sekolah di kecamatan, karena budaya yang berbeda, aku menemukan teman-teman
baru, dan dari sanalah aku mulai belajar merokok, aku berangan-angan jika aku
merokok aku akan diperhatikan oleh wanita-wanita cantik disekolahku. Aku
memiliki mimpi lebih banyak dari sebelumnya, dari mulai aku ingin punya motor
antik yang kemudia akan kugunakan untuk membonceng pacar pertamaku, kemudian
bermimpi memiliki mobil karena aku saat itu ditolak wanita yang lebih memilih
orang yang tiap hari dengan mobil taft nya.. sampai akhirnya aku bermimpi ingin
menjadi jagoan di sekolahku itu. Semua bersumber dari masalah wanita, aku ingin
menggaet wanita tercantik disekolahku, sampai akhirnya aku sering mengambil
uang di toko ibuku, untuk sekedar mentraktir wanitaku bersama teman-temannya di
kedai jus langganannya. Hingga aku ketahuan ibuku, karena sebelumnya ibu sudah
curiga akan gerak-gerikku saat berada di toko. Habis babak belur aku
dihukumnya, dan yang lebih memealukan lagi, aku harus diatar jembut oleh ibuku
sendiri, berangkat dan pulang sekolah, itu membuatku jatuh, benar-benar remuk
mukaku ini saat menjadi bahan tertawaan teman-temanku. Saat itu aku
berkeyakinan untuk tak pernah bermimpi lagi, aku menyesal bermimpi terlalu
tinggi, jika sudah jatuh itu sakit sekali.
Kemudian
tertawa kembali laki-laki tersebut.. kali ini dia ahanya tertawa.
Wanita-wanita-wanita-wanita...
itu masalahnya.. saat aku SMA pun aku diracuni perasaan yang sangat
menjatuhkanku semakin terpuruk, tak punya mimpi barang sesaat. Aku dibumbui
asmara dan dimasak dalam panci terbesar diatas bara api yang sangat panas. Aku
suka pada wanita, sampai aku rela setiap malam memimpikannya, meimikirkannya
bahkan memanggil namanya. Itulah hal bodoh yang kulakukan sampau aku beranjak
dewasa. Aku memimpikan akan menjadi suami wanita idamanku saat SMA, aku akan
bahagiakan dia dengan harta berlimpah, dan sialnya lagi aku mulai bermimpi
kembali, bermimpi hingga aku beranjak kuliah, tapi... saat aku kuliah aku
menyadari, bahwa mimpi itu mudah, dan menggapainya itu susah. Aku harus
mengarungi samudra, mendaki gunung, lewati lembah bahkan yang menjadi
taruhannya adalah nyawaku sendiri. Itu yang aku sadari, akhirnya aku menemukan
dunia baru di kursi kampus, aku menggelutinya, kusayang dia, ku belai-belai,
kuimpi-impikan hingga aku menemukan mimpi baru, walau mimpi sebelumnya belum
juga terlaksana, belum terealisasi. Aku bermimpi aku akan bahagia dengan
duniaku yang kugeluti sekarang... yah.,... kalian tahu apa itu... ya... seperti
saat ini, aku berada disini dan sedang melakukan apa... itulah mimpiku....
menjadi yang terhebat diantara orang-orang hebat disekitarku, tapi ada suatu
hal yang membunuh nuraniku seketika,, kalian tahu? ... yaitu, aku tak pernah
menyadari kalau otakku ini tak mampu, otakku ini standart, aku tidak menyadari
kalau aku ini pembual, aku ini pemimpi, pemalas dan banyaklah yang membuatku
kembali terjatuh sampai sekarang, aku meratapi kenistaanku, aku meratapi
keterpurukan ini, mungkin kalian berpikir aku masih muda, masih panjang jalan
hidupku, tapi menurutku berbeda, aku sudah terjatuh kembali, terjatuh dan
terjatuh, yang sakitnya semakin sakit, dari aku kehilangan wanitaku, kehilangan
semua, teman dan lain sebagainya...
tapi satu,....
aku tak pernah kehilangan sang sutradara dan penulis monolog ini, dia memberiku surat, sampai sekarang aku
belum membacanya, aku ingin membacakannya didepan kalian.
mengeluarkan
selembar surat, kertas yang dilipat-lipat. Dan membacanya....
Gapailah
mimpi-mimpi karena mimpi itu gratis, tidak perlu membayar
Raihlah yang
kamu inginkan, jangan pernah putus asa dan menghakimi sendiri
Karena yang
berhak menghakimi adalah aku, aku pengarang monolog ini,
Sesungguhnya
jalan yang ditentukan itu tak pernah mulus...
Hadapi
dengan sabar dan banyak bersyukur...
Laki-laki
tersebut tertegun , lalu dia berjalan mengitari ruang kemudian mengumpulkan
abu-abu kertas itu menjadi satu tumpukan juga dengan botol-botol dan
gelas-gelas yang berserakan tadi. Menjadi tumpukan yang menggunung. Dan lantai
sekitar menjadi bersih. Kemudian lampu fade out... perlahan musik mengalun
merdu....
‘Terinspirasi
dari kisah lebay penulis’
Jember, 06
April 2013