RORO
ANTENG DAN JOKO SEGER
Diadaptasi dari cerita rakyat Roro
Anteng dan Joko Seger oleh Ary Wibowo
Kisah
berikut ini merupakan rekayasa fiktif yang diambil dari ide cerita rakyat dari
Probolinggo, kesamaan rekaan peristiwa merupakan unsur kesengajaan, hanya untuk
kepentingan hiburan semata. Jika ada peristiwa yang mungkin bertentangan dengan
budaya ataupun agama, diharapkan menjadi koreksi untuk penggarapan naskah ini.
ACT
1
Setting
Tempat Dalang yang akan membuka sebuah pertunjukan. Dalang memainkan beberapa
wayang dan satu gunungan, mengesankan akan bercerita pada para penonton, dengan
gayanya seorang dalang dia membawakan dengan diberi irama pada setiap
dialognya, lampu hanya membentuk siluet tempat dalang bermain dengan wayangnya.
1.
Dalang
:
Saat perang saudara berkecamuk di Majapahit perang Saudara meletus, tersebutlah
seorang Raja yang kalah perang dengan putranya sendiri, akhirnya sang Raja dan
permaisyurinya memilih untuk mengalah dan pindah disuatu tempat. Tempat itu
sekarang kita kenal dengan perkampungan suku tengger. Setelah beberapa lama Permaisyuri
Raja melahirkan seorang putri yang cantik jelita, ditengah kelahirannya itu tetapi
muncul keanehan pada anak kedua raja tersebut, yaitu bayi yang baru dilahirkan
itu tidak menagis. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Raja memutuskan memberi
nama Roro Anteng. Roro Anteng Putri Raja hidup bahagia, ayah dan ibunya memberi
kasih sayang yang sangat besar.
18 tahun berlalu
roro anteng tumbuh besar sebagai putri yang cantik dan banyak yang ingin
meminangnya, sampai suatu ketika seorang raksasa yang dikenal dengan Kyai Bima
ingin melamar Roro Anteng, tapi dia tidak menghendaki Kyai Bima menjadi
suaminya. Roro Anteng menolak lamaran Kyai Bima dengan mengajukan persyaratan
untuk membuatkan Danau yang besar di daerah pegunungan Bromo dalam waktu
semalam, dengan kecerdikan Roro Anteng Kyai Bima tidak mampu menyelesaikannya.
Padahal kyai Bima telah menggunakan Batok Kelapa yang di berikekuatan untuk
mengeruk tanah sebanyak mungkin, karena kecerdikan Roro anteng tersebut
dibangunkannya para penduduk sekitar untuk menumbuk lesung dan membakar jerami,
sehingga ayam berkokok. Roro anteng membuat suasana pagi sebelum saatnya. Kyai
Bima marah dan jengkel karena tak bisa menyelesaikan pekerjaannya, dilemparkannya
Batok sakti itu hingga berubah menjadi gunung yang sekarang kita kenal dengan
gunung batok dan kerukan hasil kerja keras Kyai Bima itu menjadi kawah yang
sekarang dikenal dengan lautan pasir. Roro Anteng pun bahagia, tak jadi menikah
dengan Kyai Bima, tak disangka-sangka setelah peristiwa itu muncullah seorang
pemuda yang tampan dan rupawan, seperti aku,,,, eh ... maksudku tampan.... tak
sepertiku... menghampiri roro anteng, dan....
Act
2
Setting
berubah nampak slide kawah gunung bromo dan beberapa pemukiman yang ada disana
orang-orang menata setting sambil menari dan bernyayi.
Ini lah sebuah kisah legenda
ditanah jawa,
roro anteng putri sang raja, wajah
ayu nan cantik jelita aa aa aaa
dayang-dayang menari indah bagai
sang bidadari
bertabur bunga melati, semerbak
harum mewangi
2.
Joko
Seger : siapakah gerangan dirimu, bunga yang cantik
jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini memperkenalkan diri?
3.
Roro
anteng : hm hm kang mas, kaulah yang kutunggu-tungu, aku
mendapat bisikan dari dewata, untuk menunggu pemuda tampan sepertimu....
Tiba-tiba
dalang muncul...
4.
Dalang
: sebentar-sebentar itu dialog tidak ada dalam teks kenapa kau mengucapkannya?
5.
Roro
Anteng : oh tidak ada ya mas dalang.... berarti aku salah
dong...
6.
Dalang
: ya iyalah... masa’ ya iya dong.... dialogmu itu “kenapa kang mas tiba-tiba
datang kemari”, itu saja cukup, kamu jadi perempuan itu yang anggun dan jual
mahal sedikit lah, jangan sok TP – TP..?
7.
Joko
Seger : apa itu dalang TP – TP ?
8.
Dalang
: ini lagi, ganteng-ganteng Kepo dan katrok sekali... TP itu tebar pesona
tahu...
9.
Joko
seger : tertawa
10.
Dalang
: baik kita mulai lagi dari awal, dari kamu jok dateng dari luar...
Kemudian
memulai adegan kembali, joko seger muncul dengan gerakan wayang dan roro anteng
bergerak-gerak solah menari menggambarkan dia adalah wanita yang anggun. Musik
mengalun gending jawa. Halus seirama dengan gerakan yang dimainkan keduanya,
lampu menyorot pada dua sisi, Roro Anteng dan Joko Seger, satu lampu mengikuti
perpindahan tempat Joko Seger.
11.
Joko
Seger : siapakah gerangan dirimu, bunga yang cantik
jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini memperkenalkan diri?
12.
Roro
Anteng : (terkejut)
kenapa kang mas tiba-tiba datang ?
13.
Joko
Seger : aku tadi terpesona melihat kecantikan wajahmu
yang sungguh menawan, ijinkan aku, mengetahui siapakah engkau ?
14.
Roro
Anteng : aku Roro Anteng Putri mantan Raja Majapahit, dan
kau siapa kang mas yang rupawan? (Tersipu
malu)
15.
Joko
Seger : aku Joko Seger, seger seperti wajah dan tubuhku,
aku adalah putra dari Brahmana yang tinggal dibalik lereng gunung momo ini.. eh
maksudku gunung Bromo...!
16.
Roro
Anteng : ihh... kang mas pandai bergurau...
17.
Joko
Seger : Roro kau lihat matahari itu...
18.
Roro
Anteng : iya kang mas, memang kenapa?
19.
Joko
Seger : cahayanya sungguh menyilaukan, tapi lebih
menyilaukan lagi jika aku melihat kecantikan wajahmu Roro...
20.
Roro
Anteng : ih kang mas Joko Guoommbal....
21.
Joko
Seger : Roro... kang mas sedang terluka...
22.
Roro
Anteng : kenapa kang, dimanakah yang terluka, biarkan aku
yang mengobatinya..!
23.
Joko
Seger : tak ada seorangpun yang mampu mengobati lukaku,
karena hatiku yang terluka karena mencintaimu pada pandangan pertama.
24.
Roro
Anteng : kang mas bisa saja... kang mas bisa mengambilkan
aku apa saja...? yang aku inginkan?
25.
Joko
Seger : iya Roro apa pun yang kamu mau akan aku ambilkan
.... bulan, matahari lautan apapun itu?
26.
Roro
Anteng : benar kang ? (nampak
bahagia) tapi ada satu yang tak bisa kang mas ambil!
27.
Joko
Seger : apa itu roro? Katakan saja aku pasti bisa
mengambilnya!
28.
Roro
Anteng : Kang mas tak bisa mengambil nama kakang di hati
aku....
29.
Joko
Seger : oh roro .... aku benar-benar jatuh hati
padamu.... ijinkan aku meminangmu untuk hidup bersamaku sampai akhir hayat
nanti.
30.
Roro
Anteng : tapi kang mas harus berjanji untuk setia
kepadaku... sampai akhir hayat nanti.
31.
Joko
Seger : iya ... aku berjanji Roro... (memegang tangan Roro Anteng).
Tiba-tiba
dalang muncul kembali, dan mengingatkan sesuatu pada Joko Seger.
32.
Dalang
: sebentar – sebentar ada yang terlibat ini jok, kau ini bukannya harus ke
medang perang, kau ini kan panglima perang di daerahmu, kau harus membela tanah
kelahiranmu dari ekspansi kerajaan blambangan...
33.
Joko
Seger : lhoh..... (terkejut)
ciusssss ini mas Dalang ?
34.
Dalang
: kepoo ni anak... iyah ciusss
35.
Joko
Seger : berarti aku terlupa akan perang itu !!! Roro
Anteng, aku harus...
36.
Roro
Anteng : iya kakang, kau harus segera berangkat ke medan
perang, rakyat membutuhkanmu...
37.
Joko
Seger : baiklah, Roro maukah kau berjanji padaku, tidak
akan pernah beranjak dari tempat ini, sebelum aku datang dari medan perang dan
membawa berita bahagia atas kemenangan perang yang akan aku peroleh. Mau kah
kau berjanji Roro?
38.
Roro
Anteng : tentu , pasti, selalu, aku berjanji kang, aku
tidak akan beranjak dari tempat ini sebelum kang mas datang padaku. Aku akan
setia menunggumu kang..
39.
Joko
Seger : Selamt tinggal
Dinda Roro Anteng,....lalu berlari
dengan gagah
40.
Roro
Anteng :
Kang
Mas...... Kang.... tunggu......! (berteriak)
41.
Joko
Seger : Ada
apa lagi dinda... kamu pasti takut merindukanku ya....?
42.
Roro
Anteng :
Tidak
kang, tapi kang mas salah jalan, semestinya kang mas kearah sana (menunjuk kearah kiri).
43.
Joko
Seger : astaga...
Baiklah Selamat tinggal Dinda....! (salah
tingkah, lalu pergi)
Kemudian
joko seger berangkat menuju medan perang, dia dengan gagah berani berjalan
menuju medan laga untuk mempertahankan tanah kelahirannya musik mengalun
semangat patriotis dengan gamelan dan gendang jawa. Dan adegan berganti dalang
membuka adegan selanjutnya.,
ACT
3
44.
Dalang
:
oh kasih yang sangat besar, Hujan cinta yang membanjiri kehidupan mereka,
mereka benar-benar diuji kesetiaannya oleh sang dewata, Joko Seger berangkat
menuju medan perang yang sangat lama, bertahun-tahun perang itu berlangsung,
sampai akhirnya Joko Seger mendapat kemenangan.. saat ia ingin kembali ke gunung
tiba-tiba.....
Tiba
– tiba muncul letusan berkali kali dari gunung Bromo, gunung itu mengeluarkan
lahar dan menerjunkan wedus gembel, dalang tertatih-tatih seolah-olah
menghindari dari bencana gunung meletus. beberapa orang membawa kentongan
memukul kentongan nampak kebingungan dan mereka berlari kesana kemari
mengindari bencana, lampu menyala acak menggambarkan ketegangan yang terjadi.
Roro Anteng masih tetap berdiam diri di puncak tempat itu.. lahar dan asap
panas tidak menyentuh tubuh roro sama sekali. Dan letusan yang sangat hebat
muncul..... dalang terjatuh dan semua hancur slide muncul gunung bromo yang
mengeluarkan asap....
45.
Dalang
: aduh... badanku remuk semua... aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi..
tolong aku siapa pun yang disana, bantuk aku beranjak dari sini.
Salah
satu crew berbaju penduduk masuk membantu dalang kembali ketempatnya.
46.
Dalang
: arggghhhh (sepertinya masih menahan sakit) baiklah para penonton sungguh betapa Besar Cinta
Roro Anteng sampai dia setia menunggu sang pria idamannya, akhirnya Dewata
membisikkan sesuatu hal pada Roro Anteng (dalang
berperan seperti dewa tapi hanya pada suaranya saja) “Roro anteng, bangunlah dari
diammu, aku sangat kagum dengan kesetiaanmu pada joko seger, bahkan letusan gunung
tak membuatmu gentar dan takut, maka aku akan jadikan tempat ini tempat yang
subur... subur tanahnya, masyarakatnya sejahtera dan aku beri nama tempat ini Anteng
dan Seger jadi nama tempat ini menjadi TENGGER. Bangunlah Roro Anteng sambutlah
calon suamimu” (kembali menjadi
dalang) Akhirnya Joko seger datang dengan gagahnya dia datang membawa kabar
gembira atas kemenangannya, tapi dia terkejut karena gunung yang
ditinggalkannya telah berubah hancur dan dia langsung berlari menuju tempat Roro
Anteng berdiam diri.
Act
4
Joko
Seger terkejut melihat kondisi sekitar karena sudah berubah tidak seperti dulu
sebelum dia tinggalkan.
47.
Joko
Seger : Roro,,, Roro anteng – Roro Anteng –
Roro.....dimanakah kau...
Dari
balik bayangan kabut gunung, Roro muncul
48.
Roro
Anteng : aku disini Kang mas... aku menunggumu disini Kang
mas Joko Seger...
49.
Joko
Seger : sungguh kau benar-benar setia Roro, akan aku
jadikan kau Istriku, biarlah semua gunung yang berada disini menjadi saksi
Ikrarku padamu, Dinginnya Udara disini Menjadi selimut Cintaku yang membara
padamu, dan Indahnya tempat ini menjadi Bukti Cinta kita, Betapa dewata
Mengasihi cinta kita berdua dan kita akan mengarungi bahtera kehidupan Bersama
Dinda.
50.
Roro
Anteng : iya kang,,,, aku akan menjadi istri yang baik dan
setia untukmu kang mas Joko Seger.
Joko
Seger dan Roro Anteng bergandeng mesrah, saling memegang tangan, dan membuat
tarian kecil yang menggambarkan perasaan cinta yang bergejolak diantara
keduanya, musik mengalun lembut menghantarkan mereka kelautan asmara yang
sangat luas. Perlahan lampu meredup.
ACT
5
Setting
Dalang dengan tempatnya, slide muncul keindahan-keindahan dan kesuburan daerah
tengger. Sehingga membuat masyarakat disana makmur dan sejahtera
51.
Dalang
: bertahun-tahun berlangsung, roro anteng dan joko seger mengarungi bahtera
kehidupan, akan tetapi Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai anak,
mereka bersedih dan keduanya saling diam, ini bukan berarti mereka pisah
ranjang kemudian bercerai lho....! tapi mereka sedang berdiam saja, bersemedi,
meminta pada yang maha agung, tapi tidak ada respon setelah itu.. maka joko
seger diam – diam tanpa pamit kepada roro anteng dia pergi ke puncak bromo
bersemedi disana meminta pada dewata.
Setting
menggambarkan seolah-olah joko seger berada di puncak bukit bromo, Joko bersila
dan tangan mengadah...
52.
Joko
Seger : Wahai sang Dewata Agung, Hamba ini sedang dilanda
kerisauan, hamba telah menjalani bahtera kehidupan bersama Roro Anteng sudah
cukup lama, bertahun-tahun kami mengharapkan akan mendapatkan keturunan, tapi
hingga sekarang masih belum juga mendapatkannya. Aku mohon padamu Dewata yang Agung,
berikanlah hambamu ini keturunan, untuk menyempurnakan kebahagiaan kami.
Dalang
berserta tempatnya muncul, musik gemuruh dan tegang menjadi baground dialog
dalang.
53.
Dalang
: joko seger meminta pada dewata agung, tapi permohonannya itu tidak akan
dikabulkan jika ia tidak bisa memenuhi syarat yang harus dijalankan... (berdialog seperti dewa) “Joko
Seger ... kau sudah lupa, kau sudah terlena atas kesuburan dan keindahan yang
kuberikan pada tempat ini, kau telah lupa untuk tidak beribadah, kau lupa untuk
tidak merawat kelestarian alam ini, sehingga banyak sampah – sampah yang kau
buat dengan masyarakat disini, itu adalah hukuman bagimu, (pause) aku akan mencabut hukuman itu
asalkan kau berjanji satu hal ! aku akan memberimu anak, istrimu akan
melahirkan anak sebanyak 25, dan kau harus mengorbankan anak yang terakhir
setelah berumur 18 tahun ke kawah gunung ini, bersedia kau menyanggupinya joko
seger ?”
54.
Joko
Seger : ampun,... Dewata Agung... Hamba mohon ampun...
baik Dewata yang Agung hamba akan memenuhi syarat itu... terima kasih Dewata
Agung....
Joko
Seger turun dari puncak gunung dan langsung berlari menuju kediamannya dan
memberi tahu kabar itu kepada Roro Anteng.
Act
6
Setting
kembali pada tempat dalang
55.
Dalang
: joko seger dan roro anteng di karuniai anak sebanyak 25, Roro Anteng setiap
tahunnya melahirkan 2 anak kembar, hingga akhirnya mereka melahirkan anak yang
25. Tahun-tahun berganti, anak-anak Roro Anteng dan Joko Seger tumbuh besar..
hingga anak yang terakhir sudah sampai umur 18 tahun.
Masuk
beberapa anak Joko Seger dan Roro Anteng, mereka bernyanyi gembira
bersama-sama, tak nampak sedikitpun kegelisahan diwajah mereka, tampak
dibelakang mereka Roro Anteng dan Joko Seger melihat anak-anaknya dengan wajah
lesuh pucat dan bersedih.. karena mengingat syarat joko seger kepada dewata.
Kemudian semua keluar tinggallah anak ke 25 yang mereka beri nama Jaya Kusuma.
Dan menghampiri kedua orangtuanya
56.
Jaya
Kusuma : ayah – ibu, mengapa nampaknya wajah ayah dan ibu
bersedih, ada apa gerangan yang membuat ayah dan ibu bersedih?
57.
Roro
Anteng : tidak ada apa-apa le... sudah sana lanjutkan
mainmu bersama saudara-saudaramu.
58.
Joko
Seger : tidak dinda, kita harus memberitahunya, kalau
tidak Dewata akan murka pada kita dan masyarakat tengger ini.
59.
Roro
Anteng : tapi kang, aku tak tega... kalau Dewata akan
murka, aku akan galau tingkat dewa jika anak kita ini tahu.. kang....
60.
Jaya
Kusuma : ada apa ayah?
Ibu? Katakanlah?
61.
Joko
Seger : anakku....
62.
Roro
Anteng : kang .... aduh... (menahan sakit, sebab kakinya terinjak Joko Seger)
63.
Joko
Seger : ada apa lagi dinda Roro Anteng
64.
Roro
Anteng : tidak kang.... (menahan sakit)
65.
Joko
Seger : aku harus mengatakannya ...
66.
Roro
Anteng : kang .... (menahan
sakit)
67.
Joko
Seger : aduhhh ada apa sih...
68.
Roro
Anteng : ini kang kakiku keinjek kaki kang mas ,,,,
69.
Joko
Seger : oh maaf dinda... (mengangkat kakinya)
70.
Roro
Anteng : apa kang mas sudah yakin.... dia sudah siap
mendengarkan apa yang kang mas akan katakan ?
71.
Joko
Seger : iya dinda.. aku yakin... (kepada anaknya) anakku? Dulu sebelum kalian semua lahir, aku pergi
ke....
72.
Roro
Anteng : kang to
the point saja... aku keburu menangis ini...
73.
Joko
Seger : baiklah, aku dulu berjanji pada dewata akan
mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun... bagaimana
le kau siap untuk kami korbankan,,,,,?
74.
Jaya
Kusuma : APAAAAAA? (Terkejut)...
75.
Roro
Anteng : tuh kan kang ... dia terkejut (menangis)
76.
Jaya
Kusuma : (tertawa)
tidak ibu, aku hanya ingin membuat dramatik adegan ini, tapi kenapa ibu... aku
tadi tidak begitu mendengarkan ayah berbicara, karena aku sedang melihat ada
semut yang lagi jalan-jalan di kepala ayah... aku mau memotong pembicaraan ayah
nanti aku dibilang kurang sopan lagi.... !
77.
Joko
Seger : hmmm dasyaaaar anak nakal.... begini ayah ulangi
lagi.... dengarkan baik-baik, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu
ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun... bagaimana apakah kau
siap untuk kami korbankan le?...
78.
Jaya
Kusuma : (benar-benar
terkejut) APAAAAA? (lalu pingsan)
79.
Roro
Anteng : tuh kan kang dia pingsan...
Roro
Anteng dan Joko Seger membangunkan Jaya Kusuma, dengan memberi nafas buatan,
dan memukul-mukul pipinya lalu tidak lama Jaya Kusuma terbangun, sambil mereka
bersimpuh.
80.
Jaya
Kusuma : ayah – ibu .... aku .. kenapa mesti aku,....
tetapi kalau benar-benar ini perintah sang Dewata Agung, aku ikhlas bu – yah
... tolong maafkan semua kesalahan – kesalahanku bu... dan bahagiakan semua
saudara-saudaraku bu jadikan mereka anak yang berbakti kepada orang tua dan
taat beribadah dan suka merawat bumi bromo yang indah ini bu... yah....!
81.
Joko
Seger & Roro Anteng : Anakku.... (menangis)
Kemudian
dalang muncul dengan tempatnya... slide muncul setting kawah gunung bromo, dan
setting masuk... joko seger menggendong Jaya Kusuma naik ke puncak gunung bromo
bersama Roro Anteng dibelakangnya... musik sedih mengalun musik ini sejenis
musik tarawangsa, menggunakan biola orang jawa, menyayat mengalun, kemudian Dalang
...
82.
Dalang
: karena kerelaan dan keikhlasan si Jaya Kusuma, sang Dewata Agung mendengar
peristiwa ini kemudian turun kebumi dan berkata “Hai Joko Seger dan Roro Anteng”
aku sangat menghargai keikhlasanmu dan pengorbananmu terutama kau Jaya Kusuma,
maka dari itu, kau gantikan korban itu, aku tidak akan menerima jika Jaya
Kusuma sebagai korbannya, kau gantikan dia dengan hasil bumi dan hasil ternak
yang kau punya, korbankan dan berikan kepada yang membutuhkan, kepada
orang-orang miskin, ingatlah 2,5% dari hartamu adalah milik fakir miskin dan
anak-anak terlantar. Maka kau peringati hari ini setiap tahunnya sebagai hari
untuk berkorban untuk menyempurnakan ibadahmu kepadaku”
Joko
Seger dan Roro Anteng tidak jadi mengorbankan anaknya, nampak beberapa orang
masuk menarikan sebuah simbolisasi jika kita semua harus berkorban dan beramal,
mereka membawa hasil-hasil buminya, sayur-sayur dan ternak ternak untuk di
korbankan.,... slide muncul keindahan, kemakmuran, kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyat tengger... lampu perlahan meredup dan selesai pertunjukan.
SELESAI
Probolinggo, 21 Mei 2013
Diadaptasi Dari Cerita Rakyat
Legenda Roro Anteng Dan Joko Seger