Sabtu, 25 Mei 2013

RORO ANTENG DAN JOKO SEGER



RORO ANTENG  DAN JOKO SEGER
Diadaptasi dari cerita rakyat Roro Anteng dan Joko Seger oleh Ary Wibowo


Kisah berikut ini merupakan rekayasa fiktif yang diambil dari ide cerita rakyat dari Probolinggo, kesamaan rekaan peristiwa merupakan unsur kesengajaan, hanya untuk kepentingan hiburan semata. Jika ada peristiwa yang mungkin bertentangan dengan budaya ataupun agama, diharapkan menjadi koreksi untuk penggarapan naskah ini.

ACT 1
Setting Tempat Dalang yang akan membuka sebuah pertunjukan. Dalang memainkan beberapa wayang dan satu gunungan, mengesankan akan bercerita pada para penonton, dengan gayanya seorang dalang dia membawakan dengan diberi irama pada setiap dialognya, lampu hanya membentuk siluet tempat dalang bermain dengan wayangnya.
1.      Dalang : Saat perang saudara berkecamuk di Majapahit perang Saudara meletus, tersebutlah seorang Raja yang kalah perang dengan putranya sendiri, akhirnya sang Raja dan permaisyurinya memilih untuk mengalah dan pindah disuatu tempat. Tempat itu sekarang kita kenal dengan perkampungan suku tengger. Setelah beberapa lama Permaisyuri Raja melahirkan seorang putri yang cantik jelita, ditengah kelahirannya itu tetapi muncul keanehan pada anak kedua raja tersebut, yaitu bayi yang baru dilahirkan itu tidak menagis. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Raja memutuskan memberi nama Roro Anteng. Roro Anteng Putri Raja hidup bahagia, ayah dan ibunya memberi kasih sayang yang sangat besar.
18 tahun berlalu roro anteng tumbuh besar sebagai putri yang cantik dan banyak yang ingin meminangnya, sampai suatu ketika seorang raksasa yang dikenal dengan Kyai Bima ingin melamar Roro Anteng, tapi dia tidak menghendaki Kyai Bima menjadi suaminya. Roro Anteng menolak lamaran Kyai Bima dengan mengajukan persyaratan untuk membuatkan Danau yang besar di daerah pegunungan Bromo dalam waktu semalam, dengan kecerdikan Roro Anteng Kyai Bima tidak mampu menyelesaikannya. Padahal kyai Bima telah menggunakan Batok Kelapa yang di berikekuatan untuk mengeruk tanah sebanyak mungkin, karena kecerdikan Roro anteng tersebut dibangunkannya para penduduk sekitar untuk menumbuk lesung dan membakar jerami, sehingga ayam berkokok. Roro anteng membuat suasana pagi sebelum saatnya. Kyai Bima marah dan jengkel karena tak bisa menyelesaikan pekerjaannya, dilemparkannya Batok sakti itu hingga berubah menjadi gunung yang sekarang kita kenal dengan gunung batok dan kerukan hasil kerja keras Kyai Bima itu menjadi kawah yang sekarang dikenal dengan lautan pasir. Roro Anteng pun bahagia, tak jadi menikah dengan Kyai Bima, tak disangka-sangka setelah peristiwa itu muncullah seorang pemuda yang tampan dan rupawan, seperti aku,,,, eh ... maksudku tampan.... tak sepertiku... menghampiri roro anteng, dan....

Act 2
Setting berubah nampak slide kawah gunung bromo dan beberapa pemukiman yang ada disana orang-orang menata setting sambil menari dan bernyayi.

Ini lah sebuah kisah legenda ditanah jawa,
roro anteng putri sang raja, wajah ayu nan cantik jelita aa aa aaa
dayang-dayang menari indah bagai sang bidadari
bertabur bunga melati, semerbak harum mewangi

2.      Joko Seger : siapakah gerangan dirimu, bunga yang cantik jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini memperkenalkan diri?
3.      Roro anteng : hm hm kang mas, kaulah yang kutunggu-tungu, aku mendapat bisikan dari dewata, untuk menunggu pemuda tampan sepertimu....
Tiba-tiba dalang muncul...
4.      Dalang : sebentar-sebentar itu dialog tidak ada dalam teks kenapa kau mengucapkannya?
5.      Roro Anteng : oh tidak ada ya mas dalang.... berarti aku salah dong...
6.      Dalang : ya iyalah... masa’ ya iya dong.... dialogmu itu “kenapa kang mas tiba-tiba datang kemari”, itu saja cukup, kamu jadi perempuan itu yang anggun dan jual mahal sedikit lah, jangan sok TP – TP..?
7.      Joko Seger : apa itu dalang TP – TP ?
8.      Dalang : ini lagi, ganteng-ganteng Kepo dan katrok sekali... TP itu tebar pesona tahu...
9.      Joko seger : tertawa
10.  Dalang : baik kita mulai lagi dari awal, dari kamu jok dateng dari luar...
Kemudian memulai adegan kembali, joko seger muncul dengan gerakan wayang dan roro anteng bergerak-gerak solah menari menggambarkan dia adalah wanita yang anggun. Musik mengalun gending jawa. Halus seirama dengan gerakan yang dimainkan keduanya, lampu menyorot pada dua sisi, Roro Anteng dan Joko Seger, satu lampu mengikuti perpindahan tempat Joko Seger.
11.  Joko Seger : siapakah gerangan dirimu, bunga yang cantik jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini memperkenalkan diri?
12.  Roro Anteng : (terkejut) kenapa kang mas tiba-tiba datang ?
13.  Joko Seger : aku tadi terpesona melihat kecantikan wajahmu yang sungguh menawan, ijinkan aku, mengetahui siapakah engkau ?
14.  Roro Anteng : aku Roro Anteng Putri mantan Raja Majapahit, dan kau siapa kang mas yang rupawan? (Tersipu malu)
15.  Joko Seger : aku Joko Seger, seger seperti wajah dan tubuhku, aku adalah putra dari Brahmana yang tinggal dibalik lereng gunung momo ini.. eh maksudku gunung Bromo...!
16.  Roro Anteng : ihh... kang mas pandai bergurau...
17.  Joko Seger : Roro kau lihat matahari itu...
18.  Roro Anteng : iya kang mas, memang kenapa?
19.  Joko Seger : cahayanya sungguh menyilaukan, tapi lebih menyilaukan lagi jika aku melihat kecantikan wajahmu Roro...
20.  Roro Anteng : ih kang mas Joko Guoommbal....
21.  Joko Seger : Roro... kang mas sedang terluka...
22.  Roro Anteng : kenapa kang, dimanakah yang terluka, biarkan aku yang mengobatinya..!
23.  Joko Seger : tak ada seorangpun yang mampu mengobati lukaku, karena hatiku yang terluka karena mencintaimu pada pandangan pertama.
24.  Roro Anteng : kang mas bisa saja... kang mas bisa mengambilkan aku apa saja...? yang aku inginkan?
25.  Joko Seger : iya Roro apa pun yang kamu mau akan aku ambilkan .... bulan, matahari lautan apapun itu?
26.  Roro Anteng : benar kang ? (nampak bahagia) tapi ada satu yang tak bisa kang mas ambil!
27.  Joko Seger : apa itu roro? Katakan saja aku pasti bisa mengambilnya!
28.  Roro Anteng : Kang mas tak bisa mengambil nama kakang di hati aku....
29.  Joko Seger : oh roro .... aku benar-benar jatuh hati padamu.... ijinkan aku meminangmu untuk hidup bersamaku sampai akhir hayat nanti.
30.  Roro Anteng : tapi kang mas harus berjanji untuk setia kepadaku... sampai akhir hayat nanti.
31.  Joko Seger : iya ... aku berjanji Roro... (memegang tangan Roro Anteng).
Tiba-tiba dalang muncul kembali, dan mengingatkan sesuatu pada Joko Seger.
32.  Dalang : sebentar – sebentar ada yang terlibat ini jok, kau ini bukannya harus ke medang perang, kau ini kan panglima perang di daerahmu, kau harus membela tanah kelahiranmu dari ekspansi kerajaan blambangan...
33.  Joko Seger : lhoh..... (terkejut) ciusssss ini mas Dalang ?
34.  Dalang : kepoo ni anak... iyah ciusss
35.  Joko Seger : berarti aku terlupa akan perang itu !!! Roro Anteng, aku harus...
36.  Roro Anteng : iya kakang, kau harus segera berangkat ke medan perang, rakyat membutuhkanmu...
37.  Joko Seger : baiklah, Roro maukah kau berjanji padaku, tidak akan pernah beranjak dari tempat ini, sebelum aku datang dari medan perang dan membawa berita bahagia atas kemenangan perang yang akan aku peroleh. Mau kah kau berjanji Roro?
38.  Roro Anteng : tentu , pasti, selalu, aku berjanji kang, aku tidak akan beranjak dari tempat ini sebelum kang mas datang padaku. Aku akan setia menunggumu kang..
39.  Joko Seger : Selamt tinggal  Dinda Roro Anteng,....lalu berlari dengan gagah
40.  Roro Anteng : Kang Mas...... Kang.... tunggu......! (berteriak)
41.  Joko Seger : Ada apa lagi dinda... kamu pasti takut merindukanku ya....?
42.  Roro Anteng : Tidak kang, tapi kang mas salah jalan, semestinya kang mas kearah sana (menunjuk kearah kiri).
43.  Joko Seger : astaga... Baiklah Selamat tinggal Dinda....! (salah tingkah, lalu pergi)
Kemudian joko seger berangkat menuju medan perang, dia dengan gagah berani berjalan menuju medan laga untuk mempertahankan tanah kelahirannya musik mengalun semangat patriotis dengan gamelan dan gendang jawa. Dan adegan berganti dalang membuka adegan selanjutnya.,

ACT 3
44.  Dalang : oh kasih yang sangat besar, Hujan cinta yang membanjiri kehidupan mereka, mereka benar-benar diuji kesetiaannya oleh sang dewata, Joko Seger berangkat menuju medan perang yang sangat lama, bertahun-tahun perang itu berlangsung, sampai akhirnya Joko Seger mendapat kemenangan.. saat ia ingin kembali ke gunung tiba-tiba.....
Tiba – tiba muncul letusan berkali kali dari gunung Bromo, gunung itu mengeluarkan lahar dan menerjunkan wedus gembel, dalang tertatih-tatih seolah-olah menghindari dari bencana gunung meletus. beberapa orang membawa kentongan memukul kentongan nampak kebingungan dan mereka berlari kesana kemari mengindari bencana, lampu menyala acak menggambarkan ketegangan yang terjadi. Roro Anteng masih tetap berdiam diri di puncak tempat itu.. lahar dan asap panas tidak menyentuh tubuh roro sama sekali. Dan letusan yang sangat hebat muncul..... dalang terjatuh dan semua hancur slide muncul gunung bromo yang mengeluarkan asap....
45.  Dalang : aduh... badanku remuk semua... aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi.. tolong aku siapa pun yang disana, bantuk aku beranjak dari sini.
Salah satu crew berbaju penduduk masuk membantu dalang kembali ketempatnya. 
46.  Dalang : arggghhhh  (sepertinya masih menahan sakit)  baiklah para penonton sungguh betapa Besar Cinta Roro Anteng sampai dia setia menunggu sang pria idamannya, akhirnya Dewata membisikkan sesuatu hal pada Roro Anteng (dalang berperan seperti dewa tapi hanya pada suaranya saja) “Roro anteng, bangunlah dari diammu, aku sangat kagum dengan kesetiaanmu pada joko seger, bahkan letusan gunung tak membuatmu gentar dan takut, maka aku akan jadikan tempat ini tempat yang subur... subur tanahnya, masyarakatnya sejahtera dan aku beri nama tempat ini Anteng dan Seger jadi nama tempat ini menjadi TENGGER. Bangunlah Roro Anteng sambutlah calon suamimu” (kembali menjadi dalang) Akhirnya Joko seger datang dengan gagahnya dia datang membawa kabar gembira atas kemenangannya, tapi dia terkejut karena gunung yang ditinggalkannya telah berubah hancur dan dia langsung berlari menuju tempat Roro Anteng berdiam diri.

Act 4
Joko Seger terkejut melihat kondisi sekitar karena sudah berubah tidak seperti dulu sebelum dia tinggalkan.
47.  Joko Seger : Roro,,, Roro anteng – Roro Anteng – Roro.....dimanakah kau...
Dari balik bayangan kabut gunung, Roro muncul
48.  Roro Anteng : aku disini Kang mas... aku menunggumu disini Kang mas Joko Seger...
49.  Joko Seger : sungguh kau benar-benar setia Roro, akan aku jadikan kau Istriku, biarlah semua gunung yang berada disini menjadi saksi Ikrarku padamu, Dinginnya Udara disini Menjadi selimut Cintaku yang membara padamu, dan Indahnya tempat ini menjadi Bukti Cinta kita, Betapa dewata Mengasihi cinta kita berdua dan kita akan mengarungi bahtera kehidupan Bersama Dinda.
50.  Roro Anteng : iya kang,,,, aku akan menjadi istri yang baik dan setia untukmu kang mas Joko Seger.
Joko Seger dan Roro Anteng bergandeng mesrah, saling memegang tangan, dan membuat tarian kecil yang menggambarkan perasaan cinta yang bergejolak diantara keduanya, musik mengalun lembut menghantarkan mereka kelautan asmara yang sangat luas. Perlahan lampu meredup.

ACT 5
Setting Dalang dengan tempatnya, slide muncul keindahan-keindahan dan kesuburan daerah tengger. Sehingga membuat masyarakat disana makmur dan sejahtera
51.  Dalang : bertahun-tahun berlangsung, roro anteng dan joko seger mengarungi bahtera kehidupan, akan tetapi Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai anak, mereka bersedih dan keduanya saling diam, ini bukan berarti mereka pisah ranjang kemudian bercerai lho....! tapi mereka sedang berdiam saja, bersemedi, meminta pada yang maha agung, tapi tidak ada respon setelah itu.. maka joko seger diam – diam tanpa pamit kepada roro anteng dia pergi ke puncak bromo bersemedi disana meminta pada dewata.
Setting menggambarkan seolah-olah joko seger berada di puncak bukit bromo, Joko bersila dan tangan mengadah...
52.  Joko Seger : Wahai sang Dewata Agung, Hamba ini sedang dilanda kerisauan, hamba telah menjalani bahtera kehidupan bersama Roro Anteng sudah cukup lama, bertahun-tahun kami mengharapkan akan mendapatkan keturunan, tapi hingga sekarang masih belum juga mendapatkannya. Aku mohon padamu Dewata yang Agung, berikanlah hambamu ini keturunan, untuk menyempurnakan kebahagiaan kami.
Dalang berserta tempatnya muncul, musik gemuruh dan tegang menjadi baground dialog dalang.
53.  Dalang : joko seger meminta pada dewata agung, tapi permohonannya itu tidak akan dikabulkan jika ia tidak bisa memenuhi syarat yang harus dijalankan... (berdialog seperti dewa) “Joko Seger ... kau sudah lupa, kau sudah terlena atas kesuburan dan keindahan yang kuberikan pada tempat ini, kau telah lupa untuk tidak beribadah, kau lupa untuk tidak merawat kelestarian alam ini, sehingga banyak sampah – sampah yang kau buat dengan masyarakat disini, itu adalah hukuman bagimu, (pause) aku akan mencabut hukuman itu asalkan kau berjanji satu hal ! aku akan memberimu anak, istrimu akan melahirkan anak sebanyak 25, dan kau harus mengorbankan anak yang terakhir setelah berumur 18 tahun ke kawah gunung ini, bersedia kau menyanggupinya joko seger ?”
54.  Joko Seger : ampun,... Dewata Agung... Hamba mohon ampun... baik Dewata yang Agung hamba akan memenuhi syarat itu... terima kasih Dewata Agung....
Joko Seger turun dari puncak gunung dan langsung berlari menuju kediamannya dan memberi tahu kabar itu kepada Roro Anteng.

Act 6
Setting kembali pada tempat dalang
55.  Dalang : joko seger dan roro anteng di karuniai anak sebanyak 25, Roro Anteng setiap tahunnya melahirkan 2 anak kembar, hingga akhirnya mereka melahirkan anak yang 25. Tahun-tahun berganti, anak-anak Roro Anteng dan Joko Seger tumbuh besar.. hingga anak yang terakhir sudah sampai umur 18 tahun.
Masuk beberapa anak Joko Seger dan Roro Anteng, mereka bernyanyi gembira bersama-sama, tak nampak sedikitpun kegelisahan diwajah mereka, tampak dibelakang mereka Roro Anteng dan Joko Seger melihat anak-anaknya dengan wajah lesuh pucat dan bersedih.. karena mengingat syarat joko seger kepada dewata. Kemudian semua keluar tinggallah anak ke 25 yang mereka beri nama Jaya Kusuma. Dan menghampiri kedua orangtuanya
56.  Jaya Kusuma : ayah – ibu, mengapa nampaknya wajah ayah dan ibu bersedih, ada apa gerangan yang membuat ayah dan ibu bersedih?
57.  Roro Anteng : tidak ada apa-apa le... sudah sana lanjutkan mainmu bersama saudara-saudaramu.
58.  Joko Seger : tidak dinda, kita harus memberitahunya, kalau tidak Dewata akan murka pada kita dan masyarakat tengger ini.
59.  Roro Anteng : tapi kang, aku tak tega... kalau Dewata akan murka, aku akan galau tingkat dewa jika anak kita ini tahu.. kang....
60.  Jaya Kusuma : ada apa ayah?  Ibu? Katakanlah?
61.  Joko Seger : anakku....
62.  Roro Anteng : kang .... aduh... (menahan sakit, sebab kakinya terinjak Joko Seger)
63.  Joko Seger : ada apa lagi dinda Roro Anteng
64.  Roro Anteng : tidak kang.... (menahan sakit)
65.  Joko Seger : aku harus mengatakannya ...
66.  Roro Anteng : kang .... (menahan sakit)
67.  Joko Seger : aduhhh ada apa sih...
68.  Roro Anteng : ini kang kakiku keinjek kaki kang mas ,,,,
69.  Joko Seger : oh maaf dinda... (mengangkat kakinya)
70.  Roro Anteng : apa kang mas sudah yakin.... dia sudah siap mendengarkan apa yang kang mas akan katakan ?
71.  Joko Seger : iya dinda.. aku yakin... (kepada anaknya) anakku? Dulu sebelum kalian semua lahir, aku pergi ke....
72.  Roro Anteng : kang  to the point saja... aku keburu menangis ini...
73.  Joko Seger : baiklah, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun... bagaimana le kau siap untuk kami korbankan,,,,,?
74.  Jaya Kusuma : APAAAAAA? (Terkejut)...
75.  Roro Anteng : tuh kan kang ... dia terkejut (menangis)
76.  Jaya Kusuma : (tertawa) tidak ibu, aku hanya ingin membuat dramatik adegan ini, tapi kenapa ibu... aku tadi tidak begitu mendengarkan ayah berbicara, karena aku sedang melihat ada semut yang lagi jalan-jalan di kepala ayah... aku mau memotong pembicaraan ayah nanti aku dibilang kurang sopan lagi.... !
77.  Joko Seger : hmmm dasyaaaar anak nakal.... begini ayah ulangi lagi.... dengarkan baik-baik, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun... bagaimana apakah kau siap untuk kami korbankan le?...
78.  Jaya Kusuma : (benar-benar terkejut) APAAAAA? (lalu pingsan)
79.  Roro Anteng : tuh kan kang dia pingsan...
Roro Anteng dan Joko Seger membangunkan Jaya Kusuma, dengan memberi nafas buatan, dan memukul-mukul pipinya lalu tidak lama Jaya Kusuma terbangun, sambil mereka bersimpuh.
80.  Jaya Kusuma : ayah – ibu .... aku .. kenapa mesti aku,.... tetapi kalau benar-benar ini perintah sang Dewata Agung, aku ikhlas bu – yah ... tolong maafkan semua kesalahan – kesalahanku bu... dan bahagiakan semua saudara-saudaraku bu jadikan mereka anak yang berbakti kepada orang tua dan taat beribadah dan suka merawat bumi bromo yang indah ini bu... yah....!
81.  Joko Seger & Roro Anteng : Anakku....  (menangis)
Kemudian dalang muncul dengan tempatnya... slide muncul setting kawah gunung bromo, dan setting masuk... joko seger menggendong Jaya Kusuma naik ke puncak gunung bromo bersama Roro Anteng dibelakangnya... musik sedih mengalun musik ini sejenis musik tarawangsa, menggunakan biola orang jawa, menyayat mengalun, kemudian Dalang ...
82.  Dalang : karena kerelaan dan keikhlasan si Jaya Kusuma, sang Dewata Agung mendengar peristiwa ini kemudian turun kebumi dan berkata “Hai Joko Seger dan Roro Anteng” aku sangat menghargai keikhlasanmu dan pengorbananmu terutama kau Jaya Kusuma, maka dari itu, kau gantikan korban itu, aku tidak akan menerima jika Jaya Kusuma sebagai korbannya, kau gantikan dia dengan hasil bumi dan hasil ternak yang kau punya, korbankan dan berikan kepada yang membutuhkan, kepada orang-orang miskin, ingatlah 2,5% dari hartamu adalah milik fakir miskin dan anak-anak terlantar. Maka kau peringati hari ini setiap tahunnya sebagai hari untuk berkorban untuk menyempurnakan ibadahmu kepadaku”
Joko Seger dan Roro Anteng tidak jadi mengorbankan anaknya, nampak beberapa orang masuk menarikan sebuah simbolisasi jika kita semua harus berkorban dan beramal, mereka membawa hasil-hasil buminya, sayur-sayur dan ternak ternak untuk di korbankan.,... slide muncul keindahan, kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat tengger... lampu perlahan meredup dan selesai pertunjukan.
SELESAI

Probolinggo, 21 Mei 2013
Diadaptasi Dari Cerita Rakyat Legenda Roro Anteng Dan Joko Seger