RORO
ANTENG DAN JOKO SEGER
Diadaptasi dari cerita rakyat Roro
Anteng dan Joko Seger oleh Ary Wibowo
Kisah
berikut ini merupakan rekayasa fiktif yang diambil dari ide cerita rakyat dari
Probolinggo, kesamaan rekaan peristiwa merupakan unsur kesengajaan, hanya untuk
kepentingan hiburan semata. Jika ada peristiwa yang mungkin bertentangan dengan
budaya ataupun agama, diharapkan menjadi koreksi untuk penggarapan naskah ini.
ACT
1
Setting
Tempat Dalang yang akan membuka sebuah pertunjukan. Dalang memainkan beberapa
wayang dan satu gunungan, mengesankan akan bercerita pada para penonton, dengan
gayanya seorang dalang dia membawakan, dengan diberi irama pada setiap
dialognya, lampu hanya membentuk siluet tempat dalang bermain dengan wayangnya.
1.
Dalang
:
Saat perang saudara berkecamuk, konflik keluarga yang berkepanjangan, perebutan
tahta di Majapahit menjadi alasan untuk segala peristiwa yang menimpa Nusantara
kala itu. Rakyat semakin tak terurus, kemiskinan, kelaparan dan penjarahan
terjadi setiap waktu. Para adipati sering meminta upeti yang jumlahnya diluar
batas kemampuan rakyat. Perang sering terjadi, bunuh – membunuh di sekitar
istana sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Para putra mahkota majapahit
saling tuding, saling tendang satu sama lain. Ini semua disebabkan karena
terkikisnya moral dan hilangnya rasa hormat terhadap para leluhur yang telah
membesarkan majapahit. Krisis identitas karena pengaruh budaya luar. Kurangnya
menanamkan pondasi sejarah leluhur merupakan degradasi sikap yang telah menimpa
putra mahkota majapahit. Raja majapahit yang sudah lelah menghadapi keadaan
yang semakin kacau memilih mengalah kepada anaknya sendiri, sang raja
menyerahkan mahkota dan kursi kekuasaan kepada putra mahkota. Sang Raja dan
permaisyurinya pindah kesuatu tempat yaitu didaerah pegunungan tempat pertapaan
leluhur Majapahit yaitu gunung
Lejar atau kawasan Madakaripura menjadi pilihan sang raja untuk menjalani kehidupan baru dan melestarikan budaya majapahit agar tumbuh berkembang tidak termakan zaman. Setelah beberapa lama Permaisyuri melahirkan seorang putri yang cantik jelita, ditengah kelahirannya itu muncul keanehan pada anak kedua raja tersebut, yaitu bayi yang baru dilahirkan itu tidak menagis. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Raja memutuskan memberi nama Dewi Roro Anteng. Roro Anteng dari kecil hingga sekarang hidup bahagia, ayah dan ibunya memberi kasih sayang yang sangat besar.
Lejar atau kawasan Madakaripura menjadi pilihan sang raja untuk menjalani kehidupan baru dan melestarikan budaya majapahit agar tumbuh berkembang tidak termakan zaman. Setelah beberapa lama Permaisyuri melahirkan seorang putri yang cantik jelita, ditengah kelahirannya itu muncul keanehan pada anak kedua raja tersebut, yaitu bayi yang baru dilahirkan itu tidak menagis. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Raja memutuskan memberi nama Dewi Roro Anteng. Roro Anteng dari kecil hingga sekarang hidup bahagia, ayah dan ibunya memberi kasih sayang yang sangat besar.
18 tahun berlalu
roro anteng tumbuh besar sebagai putri yang cantik dan banyak yang ingin
meminangnya, sampai suatu ketika seorang raksasa yang dikenal dengan Kyai Bima
ingin melamar Roro Anteng, tapi dia tidak menghendaki Kyai Bima menjadi
suaminya. Roro Anteng menolak lamaran Kyai Bima dengan mengajukan persyaratan
untuk membuatkan Danau yang besar di daerah pegunungan Bromo dalam waktu
semalam, dengan kecerdikan Roro Anteng Kyai Bima tidak mampu menyelesaikannya.
Padahal kyai Bima telah menggunakan Batok Kelapa yang di berikekuatan untuk
mengeruk tanah sebanyak mungkin, karena kecerdikan Roro anteng tersebut dibangunkannya
para penduduk sekitar untuk menumbuk lesung dan membakar jerami, sehingga ayam
berkokok. Roro anteng membuat suasana pagi sebelum saatnya. Kyai Bima marah dan
jengkel karena tak bisa menyelesaikan pekerjaannya, dilemparkannya Batok sakti
itu hingga berubah menjadi gunung yang sekarang kita kenal dengan gunung batok
dan kerukan hasil kerja keras Kyai Bima itu menjadi kawah yang sekarang dikenal
dengan lautan pasir. Roro Anteng pun bahagia, tak jadi menikah dengan Kyai Bima,
tak disangka-sangka setelah peristiwa itu muncullah seorang pemuda yang tampan
dan rupawan menghampiri roro anteng, dan....
Act
2
Setting
berubah nampak slide kawah gunung bromo dan beberapa pemukiman yang ada disana
orang-orang menata setting sambil menari dan bernyayi.
2.
Roro Anteng : Akhirnya
aku terbebas dari raksasa jelek yang ingin meminangku, aku tak bisa membiarkan
hatiku ini dimiliki oleh orang yang bengis seperti kyai Bima. Aku telah
mengukir sebuah wajah di lubuk hati paling dalam, lelaki itu yang tidak kukenal
tapi pernah kulihat saat pertama kali aku menginjakkan kakiku di kawah gunung
ini. Saat itu aku masih remaja setiap hari aku melihat badanya yang coklat
mengkilap menggambarkan kegagahan yang tak bisa diukur dengan apapun. Oh dewata
kapan hambamu ini akan di pertemukan dengan lelaki pujaan hati hamba. Sudah
lama aku merindukan seorang kesatria yang mampu menjagaku dan menjadi
menopangku saat lara datang. Ayahanda dan ibunda tercinta sudah meninggalkanku,
aku hidup sebatang kara. Tak ada yang mendampingiku tuk menjalani kehidupan
sejahtera yang dicita-citakan ayahanda dengan masyarakat disekitar pegunungan
ini. Oh dewata sesungguhnya engkau yang
maha mengetahui kegelisahan hati seorang hambamu ini.
Tiba-tiba
suara petir menggetarkan tanah dimana roro anteng berpijak, mungkin menandakan
doa roro dikabulkan oleh dewata agung. Tak lama setelah itu muncullah pria
dewasa berkulit coklat berkilap, gagah dan perkasa nampak dari dia berjalan.
3.
Joko
Seger : (terkejut
karena melihat seorang perempuan sendiri di bukit) siapakah gerangan
dirimu, bunga yang cantik jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini
memperkenalkan diri?
4.
Roro
Anteng : (terkejut)
kenapa kang mas tiba-tiba datang ?
5.
Joko
Seger : aku tadi terpesona melihat kecantikan wajahmu
yang sungguh menawan, ijinkan aku, mengetahui siapakah engkau ?
6.
Roro
Anteng : aku Roro Anteng, dan kau siapa kang mas yang
rupawan? (Tersipu malu)
7.
Joko
Seger : aku Joko Seger, seger seperti wajah dan tubuhku,
aku adalah putra dari Brahmana yang tinggal dibalik lereng gunung momo ini.. eh
maksudku gunung Bromo...!
8.
Roro
Anteng : ihh... kang mas pandai bergurau.
9.
Joko
Seger : Roro kau lihat matahari itu.
10.
Roro
Anteng : iya kang mas, memang kenapa?
11.
Joko
Seger : cahayanya sungguh menyilaukan, tapi lebih
menyilaukan lagi jika aku melihat kecantikan wajahmu .
12.
Roro
Anteng : ih kang mas Joko Guoommbal.
13.
Joko
Seger : Roro... kang mas sedang terluka.
14.
Roro
Anteng : kenapa kang, dimanakah yang terluka, biarkan aku
yang mengobatinya!
15.
Joko
Seger : tak ada seorangpun yang mampu mengobati lukaku,
karena hatiku yang terluka karena mencintaimu pada pandangan pertama.
16.
Roro
Anteng : kang mas bisa saja... kang mas bisa mengambilkan
apapun yang aku inginkan?
17.
Joko
Seger : iya Roro apa pun yang kamu mau akan aku ambilkan bulan,
matahari lautan apapun itu?
18.
Roro
Anteng : benar kang ? (nampak
bahagia) tapi ada satu yang tak bisa kang mas ambil!
19.
Joko
Seger : apa itu roro? Katakan saja aku pasti bisa
mengambilnya!
20.
Roro
Anteng : Kang mas tak bisa mengambil nama kakang di hati
aku.
21.
Joko
Seger : oh roro .... aku benar-benar jatuh hati padamu ijinkan
aku meminangmu untuk hidup bersamaku sampai akhir hayat nanti.
22.
Roro
Anteng : tapi kang mas harus berjanji untuk setia
kepadaku, sampai akhir hayat nanti.
23.
Joko
Seger : iya, aku berjanji Roro(memegang tangan Roro Anteng).
Tiba-tiba
dalang muncul kembali, dan mengingatkan sesuatu pada Joko Seger.
24.
Dalang
: saat roro anteng dan joko seger nampak sedang memadu kasih, joko seger tidak menyadari bahwa keberadaannya di bukit
gunung untuk meminta restu kepada dewata agung untuk berangkat perang membela
rakyat di pegunungan lejar ini, karena beberapa hari yang lalu para
adipati-adipati pusat meminta upeti terhadap daerah lejar. Padahal daerah ini
tidak ada ikatan apapun dengan majapahit. Seharusnya joko seger segera ke medang perang,
joko seger adalah panglima perang harus membela tanah kelahirannya dari
ekspansi adipati majapahit yang bertindak semena-mena.
25.
Joko
Seger : (tersadar)
Astaga !!! Roro Anteng, aku harus...
26.
Roro
anteng : harus
apa kang?
27.
Joko
seger : harus
kemedan perang, aku adalah panglima perang yang akan membela rakyat lejar dari
tindakan adipati majapahit yang semena-mena.
28.
Roro
Anteng : iya kakang, kau harus segera berangkat ke medan
perang, rakyat membutuhkanmu.
29.
Joko
Seger : baiklah, Roro maukah kau berjanji padaku, tidak
akan pernah beranjak dari tempat ini, sebelum aku datang dari medan perang dan
membawa berita bahagia atas kemenangan perang yang akan aku peroleh. Mau kah
kau berjanji Roro?
30.
Roro
Anteng : tentu , pasti, selalu, aku berjanji kang, aku
tidak akan beranjak dari tempat ini sebelum kang mas datang padaku. Aku akan
setia menunggumu kang.
31.
Joko
Seger : Selamat tinggal
Dinda Roro Anteng,....lalu berlari
dengan gagah
32.
Roro
Anteng :
Kang
Mas...... Kang.... tunggu......! (berteriak)
33.
Joko
Seger : Ada
apa lagi dinda... kamu pasti takut merindukanku ya....?
34.
Roro
Anteng :
Tidak
kang, tapi kang mas salah jalan, semestinya kang mas kearah sana (menunjuk kearah kiri).
35.
Joko
Seger : Astaga...
Baiklah Selamat tinggal Dinda....! (salah
tingkah, lalu pergi)
Kemudian
joko seger berangkat menuju medan perang, dia dengan gagah berani berjalan
menuju medan laga untuk mempertahankan tanah kelahirannya musik mengalun
semangat patriotis dengan gamelan dan gendang jawa. Dan adegan berganti dalang
membuka adegan selanjutnya.,
ACT
3
36.
Dalang
:
oh kasih yang sangat besar, Hujan cinta yang membanjiri kehidupan mereka,
mereka benar-benar diuji kesetiaannya oleh sang dewata, Joko Seger berangkat
menuju medan perang yang sangat lama, bertahun-tahun perang itu berlangsung,
sampai akhirnya Joko Seger mendapat kemenangan.. saat ia ingin kembali ke gunung
tiba-tiba...
Tiba
– tiba muncul letusan berkali kali dari gunung Bromo, gunung itu mengeluarkan
lahar dan menerjunkan wedus gembel, dalang tertatih-tatih seolah-olah
menghindari dari bencana gunung meletus. beberapa orang membawa kentongan
memukul kentongan nampak kebingungan dan mereka berlari kesana kemari
mengindari bencana, lampu menyala acak menggambarkan ketegangan yang terjadi.
Roro Anteng masih tetap berdiam diri di puncak tempat itu.. lahar dan asap
panas tidak menyentuh tubuh roro sama sekali. Dan letusan yang sangat hebat
muncul..... dalang terjatuh dan semua hancur slide muncul gunung bromo yang
mengeluarkan asap....
37.
Dalang
: aduh, badanku remuk semua, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, tolong aku
siapa pun yang disana, bantu aku beranjak dari sini.
Salah
satu crew berbaju penduduk masuk membantu dalang kembali ketempatnya.
38.
Dalang
: arggghhhh (sepertinya masih menahan sakit) baiklah para penonton sungguh betapa Besar Cinta
Roro Anteng sampai dia setia menunggu sang pria idamannya, akhirnya Dewata
membisikkan sesuatu hal pada Roro Anteng (dalang
berperan seperti dewa tapi hanya pada suaranya saja) “Roro anteng, bangunlah dari
diammu, aku sangat kagum dengan kesetiaanmu pada joko seger, bahkan letusan
gunung tak membuatmu gentar dan takut, maka aku akan jadikan tempat ini tempat
yang subur... subur tanahnya, masyarakatnya sejahtera dan aku beri nama tempat
ini Anteng dan Seger jadi nama tempat ini menjadi TENGGER. Bangunlah Roro
Anteng sambutlah calon suamimu” (kembali
menjadi dalang) Akhirnya Joko seger datang dengan gagahnya dia datang
membawa kabar gembira atas kemenangannya, tapi dia terkejut karena gunung yang
ditinggalkannya telah berubah hancur dan dia langsung berlari menuju tempat Roro
Anteng berdiam diri.
Act
4
Joko
Seger terkejut melihat kondisi sekitar karena sudah berubah tidak seperti dulu
sebelum dia tinggalkan.
39.
Joko
Seger : Roro.... Roro anteng.....Roro Anteng ....
Roro.....dimanakah kau...
Dari
balik bayangan kabut gunung, Roro muncul
40.
Roro
Anteng : aku disini Kang mas. aku menunggumu disini Kang
mas Joko Seger.
41.
Joko
Seger : sungguh kau benar-benar setia Roro, akan aku jadikan
kau Istriku, biarlah semua gunung yang berada disini menjadi saksi Ikrarku
padamu, Dinginnya Udara disini Menjadi selimut Cintaku yang membara padamu, dan
Indahnya tempat ini menjadi Bukti Cinta kita, Betapa dewata Mengasihi cinta
kita berdua dan kita akan mengarungi bahtera kehidupan Bersama Dinda.
42.
Roro
Anteng : iya kang, aku akan menjadi istri yang baik dan
setia untukmu kang mas Joko Seger.
Joko
Seger dan Roro Anteng bergandeng mesrah, saling memegang tangan, dan membuat
tarian kecil yang menggambarkan perasaan cinta yang bergejolak diantara
keduanya, musik mengalun lembut menghantarkan mereka kelautan asmara yang
sangat luas. Perlahan lampu meredup.
ACT
5
Setting
Dalang dengan tempatnya, slide muncul keindahan-keindahan dan kesuburan daerah
tengger. Sehingga membuat masyarakat disana makmur dan sejahtera
43.
Dalang
: bertahun-tahun berlangsung, roro anteng dan joko seger mengarungi bahtera
kehidupan, akan tetapi Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai anak,
mereka bersedih dan keduanya saling diam, ini bukan berarti mereka pisah ranjang
kemudian bercerai lho! tapi mereka sedang berdiam saja, bersemedi, meminta pada
yang maha agung, lalu joko seger diam - diam tanpa pamit kepada roro anteng dia
pergi ke puncak bromo bersemedi disana berdoa pada dewata.
Setting
menggambarkan seolah-olah joko seger berada di puncak bukit bromo, Joko bersila
dan tangan mengadah...
44.
Joko
Seger : Wahai sang Dewata Agung, Hamba ini sedang dilanda
kerisauan, hamba telah menjalani bahtera kehidupan bersama Roro Anteng sudah
cukup lama, bertahun-tahun kami mengharapkan akan mendapatkan keturunan, tapi
hingga sekarang masih belum juga mendapatkannya. Aku mohon padamu Dewata yang Agung,
berikanlah hambamu ini keturunan, untuk menyempurnakan kebahagiaan kami.
Dalang
berserta tempatnya muncul, musik gemuruh dan tegang menjadi baground dialog
dalang.
45.
Dalang
: joko seger meminta pada dewata agung, tapi permohonannya itu tidak akan
dikabulkan jika ia tidak bisa memenuhi syarat yang harus dijalankan... (berdialog seperti dewa) “Joko
Seger ... kau sudah lupa, kau sudah terlena atas kesuburan dan keindahan yang
kuberikan pada tempat ini, kau telah lupa untuk tidak beribadah, kau lupa untuk
tidak merawat kelestarian alam ini, sehingga banyak sampah – sampah yang kau
buat dengan masyarakat disini, itu adalah hukuman bagimu, (pause) aku akan mencabut hukuman itu
asalkan kau berjanji satu hal ! aku akan memberimu anak, istrimu akan
melahirkan anak sebanyak 25, dan kau harus mengorbankan anak yang terakhir
setelah berumur 18 tahun ke kawah gunung ini, bersedia kau menyanggupinya joko
seger ?”
46.
Joko
Seger : ampun,... Dewata Agung... Hamba mohon ampun...
baik Dewata yang Agung hamba akan memenuhi syarat itu... terima kasih Dewata
Agung.
Joko
Seger turun dari puncak gunung dan langsung berlari menuju kediamannya dan
memberi tahu kabar itu kepada Roro Anteng.
47.
Joko seger :
dinda roro? Maafkan kang mas. Hal ini terjadi karena ulah kang mas yang tak
mampu menjaga nikmat yang diberikan dewata agung, kita terlalu dimanjakan alam
sehingga kita lupa untuk melestarikannya kembali. Kita terus memakai terus
bergantung pada alam tapi tak pernah sedikitpun merawat dan melestarikan
kembali.
48.
Roro anteng : (marah) ini semua ulang kang mas sendiri,
rakyat disini melihat dan meniru kelakuan pemimpinnya. Kang mas suka memburu
binatang yang sudah semakin sedikit jumlahnya, sering menebang pohon semaunya,
tidak berusaha untuk menanamnya kembali agar ekosistem berjalan sebagai mana
mestinya.
49.
Joko seger :
tapi dinda juga terlibat pada masalah ini, sudah tahu aku bertindak seperti itu
mengapa dinda tidak mengingatkannya padaku.
50.
Roro anteng :
apa, apa kang mas bilang? Begitu itu kalau kerja kang mas tiap malam menonton
tayup didesa sebelah, menari-nari dengan penari yang cantik-cantik, kupingnya
sudah diketutup suara penyanyi itu, dan matanya itu sudah kemasukan bayangan
penari-penari cantik-cantik itu?
51.
Joko seger :
dinda ... ? beraninya kau berkata seperti itu kepadaku, aku ini suamimu?
52.
Roro anteng :
kenapa? Kalau memang salah kenapa harus takut mengungkapkannya? Jangan pikir
saya istri kang mas jadi aku harus diam saat suamiku berada di jalan
kemaksiatan seperti itu? Kang mas masih ingat saat pertama kita menikah, ayah
pernah berpesan kepadaku, bangunlah daerah ini dengan sebagaimana mestinya,
jadikan rakyatnya sejahtera, dan lestarikan alamnya juga yang paling penting
junjunglah budaya leluhur majapahit yang sesuai tata krama didalam ajaran
agama.
53.
Joko seger :
tapi dinda ....?
54.
Roro anteng :
kenapa mesti menjawab tapi... apakah kang mas menyesal menikah denganku?
55.
Joko seger :
tidak dinda, maafkan kelakuan suamimu ini? Maafkan kang mas tak mampu
melestarikan nilai-nilai dan tata krama ajaran agama di daerah ini.
Tiba
– tiba suara petir menggelegar, setting berbanti menjadi instalasi dalang.
Act
6
Setting
kembali pada tempat dalang
56.
Dalang
: joko seger dan roro anteng di karuniai anak sebanyak 25, Roro Anteng setiap
tahunnya melahirkan 2 anak kembar, hingga akhirnya mereka melahirkan anak yang
25. Tahun-tahun berganti, anak-anak Roro Anteng dan Joko Seger tumbuh besar..
hingga anak yang terakhir sudah sampai umur 18 tahun.
Masuk
beberapa anak Joko Seger dan Roro Anteng, mereka bernyanyi gembira
bersama-sama, tak nampak sedikitpun kegelisahan diwajah mereka, tampak
dibelakang mereka Roro Anteng dan Joko Seger melihat anak-anaknya dengan wajah
lesuh pucat dan bersedih.. karena mengingat syarat joko seger kepada dewata.
Kemudian semua keluar tinggallah anak ke 25 yang mereka beri nama Jaya Kusuma.
Dan menghampiri kedua orangtuanya
57.
Jaya
Kusuma : ayah – ibu, mengapa nampaknya wajah ayah dan ibu
bersedih, ada apa gerangan yang membuat ayah dan ibu bersedih?
58.
Roro
Anteng : tidak ada apa-apa le... sudah sana lanjutkan
mainmu bersama saudara-saudaramu.
59.
Joko
Seger : tidak dinda, kita harus memberitahunya, kalau
tidak Dewata akan murka pada kita dan masyarakat tengger ini.
60.
Roro
Anteng : tapi kang, aku tak tega, kalau Dewata akan murka,
aku akan terus berduka selama aku hidup jika anak kita ini tahu, kan.
61.
Jaya
Kusuma : ada apa ayah?
Ibu? Katakanlah?
62.
Joko
Seger : anakku....
63.
Roro
Anteng : kang ....
64.
Joko
Seger : ada apa lagi dinda Roro Anteng
65.
Roro
Anteng : tidak kang
66.
Joko
Seger : aku harus mengatakannya
67.
Roro
Anteng : kang
68.
Joko
Seger : aduhhh ada apa sih.
69.
Roro
Anteng : sebaiknya kita bersama-sama makan dulu, tuh liat
jaya kusuma sudah lapar sejak pagi tadi dia bermain dengan kakak-kakaknya
70.
Joko
Seger : oh iya dinda, lagi pula aku sudah lapar.
Roro
anteng dan yang lain beranjak ketempat makan, roro anteng mengambilkan beberapa
makanan di dalam panggung, dibantu oleh beberapa crew panggung memasukkan
beberapa hidangan ke dalam panggung.
71.
Roro anteng :
nah ini anak-anakku merupakan kuliner khas turun temurun dari leluhur kalian, kalian nanti harus juga
melestarikannya. Seperti ini minuman beras kencur dan kunyit asam. Merupakan
warisan kuliner yang diwariskan dari nenek-nenek ibunda, ibunda akan mewariskan
kepada kalian juga dan kalian harus menjaga dan melestarikannya.
Mereka
melahap habis makanan-makanan yang disediakan roro anteng, dan joko seger dan
roro anteng lupa akan memberi tahu jaya kusuma. Mereka semua nampak mengantuk,
nampak crew panggung mengambil makanan-makanan yang sudah selesai mereka
nikmati.
72.
Jaya kusuma :
ibu ternyata masakan khas budaya kita juga lezat sekali ya bu,,, tak kalah
dengan masakan-masakan yang sekarang sudah serba instan itu bu.
73.
Roro anteng :
iya dong ... siapa dulu yang masak...?
Semua tertawa ... nampak bahagia dan mereka satu
persatu masuk panggung karena sudah mengantuk. Tinggal joko seger yang sedang
melamun. Tiba-tiba terdengar bisikan dari belakang panggung, joko seger
terhentak mendengar bisikan itu, dan langsung bergegas mendaki kepuncak gunung.
74.
Dalang : Joko
Seger ternyata bimbang, akan janjinya terhadap dewata agung, joko seger
kemudian diberikan bisikan oleh dewata. Joko seger, rupanya kau akan ingkar janji
kepadaku. Aku tidak akan biarkan semua itu terjadi. Jika besok kau tidak
mengorbankan anak terakhirmu kekawah gunung ini, kau dan istrimu juga semua
rakyat disini akan musna dilanda bencana yang maha dahsyat dariku.
75.
Joko seger :
ampun dewata agung, hamba akan melaksanakan besok upacara pengorbanan anak
hamba ke kawah gunung ini.
Joko
segerpun lari terbirit-birit, keesokan harinya, joko seger memutuskan untuk
memberitahu jaya kusuma, tapi roro anteng tidak berkenan jika jaya kusuma
dikorbankan ke kawah gunung. Dan pertengkaranpun terjadi kembali.
76.
Roro
Anteng : apa kang mas sudah yakin, dia sudah siap
mendengarkan apa yang kang mas akan katakan ?
77.
Joko
Seger : iya dinda, aku yakin
78.
Roro
anteng : tapi aku tidak kang, aku begitu mencintai jaya
kusuma, coba akang dulu mematuhi ajaran leluhur kita, pasti dewata tidak akan
menghukum kita seperti ini.
79.
Joko
seger : mengapa dinda mengungkit hal itu kembali?
80.
Roro
anteng : tapi kang mas yang sudah menjadi penyebab masalah
ini?
81.
Joko
seger : iya tapi,
82.
Roro
anteng : tapi apa kang, tapi kang mas sudah minta
maaf, itu semua tak cukup kang, kang mas
tega jika jaya kusuma ini menjadi tumbal.
83.
Joko
seger : sungguh tidak,
84.
Roro
anteng : tidak salah lagi kan kang. kang mas memang lelaki tidak punya hati dan naluri
sebagai orang tua, aku benci padamu kang, mengapa kau tidak menolak permintaan dewata
agung?
85.
Joko
seger : roro!!! (menampar
roro) Cukup aku tidak ingin menamparmu?
86.
Roro
anteng : tapi kang mas sudah menamparku?
87.
Joko
seger : maafkan aku dinda, aku tak sengaja?
88.
Roro
anteng : tak sengaja kok nampar...(menangis)
89.
Joko
seger : iya maafkan kang masmu yang bodoh ini? Relakan jaya
kusuma dinda, akupun tersayat-sayat jika harus melihat anak kita harus jadi
tumbal seperti ini. Tapi aku mohon kepadamu? Demi kita dan masyarakat daerah
ini. Mari kita bicarakan ini semua ke jaya kusuma.
90.
Roro
anteng : baiklah kang, tapi aku minta kepadamu aku tidak
akan bersamamu di bukit gunung untuk melempar anak kita ke kawah gunung.
91.
Joko
seger : baiklah dinda.
Akhirnya
joko seger dan roro anteng sudah memutuskan untuk menjadikan jaya kusuma
menjadi tumbal kekawah gunung, mereka lalu memanggil jaya kusuma.
92.
Joko seger: (memanggil anaknya) anakku? Dulu
sebelum kalian semua lahir, aku pergi ke,
93.
Roro
Anteng : kang to
the point saja...
94.
Joko
Seger : baiklah, aku dulu berjanji pada dewata akan
mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun, bagaimana
le kau siap untuk kami korbankan?
95.
Jaya
Kusuma : APAAAAAA? (Terkejut)
96.
Roro
Anteng : tuh kan kang, dia terkejut (menangis)
97.
Jaya
Kusuma : (tertawa)
tidak ibu, aku hanya ingin membuat dramatik adegan ini, tapi kenapa ibu, aku tadi tidak begitu mendengarkan ayah
berbicara, karena aku sedang melihat ada semut yang lagi jalan-jalan di kepala
ayah, aku mau memotong pembicaraan ayah nanti aku dibilang kurang sopan lagi !
98.
Joko
Seger : hmmm dasyaaaar anak nakal, begini ayah ulangi
lagi, dengarkan baik-baik, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu ke
kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun, bagaimana apakah kau siap
untuk kami korbankan le?
99.
Jaya
Kusuma : (benar-benar
terkejut) APAAAAA? (lalu pingsan)
100. Roro Anteng
: tuh kan kang dia pingsan.
Roro
Anteng dan Joko Seger membangunkan Jaya Kusuma, dengan memberi nafas buatan,
dan memukul-mukul pipinya lalu tidak lama Jaya Kusuma terbangun, sambil mereka
bersimpuh.
101. Jaya Kusuma
: ayah – ibu, aku kenapa mesti aku, tetapi kalau benar-benar ini perintah sang Dewata
Agung, aku ikhlas. Ayahanda, Ibunda tolong maafkan semua kesalahan –
kesalahanku dan bahagiakan semua saudara-saudaraku jadikan mereka anak yang
berbakti kepada orang tua dan taat beribadah dan suka merawat bumi tengger yang
indah ini!
102. Joko Seger &
Roro Anteng : Anakku.... (menangis)
Kemudian
dalang muncul dengan tempatnya... slide muncul setting kawah gunung bromo, dan
setting masuk... joko seger menggendong Jaya Kusuma naik ke puncak gunung bromo
bersama Roro Anteng dibelakangnya... musik sedih mengalun musik ini sejenis
musik tarawangsa, menggunakan biola orang jawa, menyayat mengalun, kemudian Dalang
...
103. Dalang
: karena kerelaan dan keikhlasan si Jaya Kusuma, sang Dewata Agung mendengar
peristiwa ini kemudian turun kebumi dan berkata “Hai Joko Seger dan Roro Anteng”
aku sangat menghargai keikhlasanmu dan pengorbananmu terutama kau Jaya Kusuma,
maka dari itu, kau gantikan korban itu, aku tidak akan menerima jika Jaya
Kusuma sebagai korbannya, kau gantikan dia dengan hasil bumi dan hasil ternak
yang kau punya, korbankan dan berikan kepada yang membutuhkan, kepada
orang-orang miskin, ingatlah 2,5% dari hartamu adalah milik fakir miskin dan
anak-anak terlantar. Maka kau peringati hari ini setiap tahunnya sebagai hari
untuk berkorban untuk menyempurnakan ibadahmu kepadaku”
Joko
Seger dan Roro Anteng tidak jadi mengorbankan anaknya, nampak beberapa orang
masuk menarikan sebuah simbolisasi jika kita semua harus berkorban dan beramal,
mereka membawa hasil-hasil buminya, sayur-sayur dan ternak ternak untuk di
korbankan.,... slide muncul keindahan, kemakmuran, kesejahteraan dan
kebahagiaan rakyat tengger... lampu perlahan meredup dan selesai pertunjukan.
SELESAI
Probolinggo, 21 maret 2014
Diadaptasi Dari Cerita Rakyat
Legenda Roro Anteng Dan Joko Seger
Tidak ada komentar:
Posting Komentar