Jumat, 19 September 2014

PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA


PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
 oleh : Ary Wib
Ide kreatif
Baik ini sudah cukup, sudah lama sekali aku diam untuk tak berkata-kata lagi, cukup sudah menanggung gelisah yang selama ini terpendam. Kisah ini hanya replika dari secuil cerita yang terjadi di masyarakat yang sekarang semakin menjemukan untuk diceritakan. Masih saja kali ini kita akan membicarakan tentang budaya, yang selalu menjadi topik perbincangan yang tak pernah ada hentinya. Negara ini usai sudah melaksanakan pesta demokrasi, budaya saling menggunjing dan buda sok politis dan puitis juga bijak sudah usai. Dunia juga usai melaksanakan pesta perdamaian dengan wujud liga dunia dalam bidang sepak bola, budaya taruhan, budaya tebak skor dan budaya kaos club negara sudah usai. Inilah Indonesia negara beraneka ragam budaya, berbagai suku dan bangsa hanya mampu dipengaruhi oleh satu budaya nasional maupun global (mendunia). Itulah manusia yang selalu penasaran dengan hal yang selalu menjadi trend dan hangat diperbincangkan di media. Banyak faktor yang mampu mempengaruhi itu, banyak kisah yang akan menjadi melow jika ceritanya dibuat menyayat. Akan tetapi naskah ini tidak akan membicarakan tentang kisah lebay dimana kita sebagai bangsa indonesia sudah terkikis akar budayanya, sudah termakan dengan monster globalisasi, sudah menjadi manusia pelagiat kelas kakap, menjadi yang teraniaya dan menganiyaya diri sendiri oleh suguhan yang gemerlap dan penuh retorika yang menjanjikan.  
Suatu ketika dimana kebudayaan memang benar sudah menjadi barang dagangan semua akan teriak, jangan...! pencuri...! tukang serobot...! kurang ajar...!. inilah keadaan bangsa yang kita cintai, berhari hari memberikan sebuah janji, janji perubahan besar sebuah revolusi demi majunya bangsa yang besar ini. Begitupun pendidikan hanya menjadi kedok akan perbaikan moralitas anak didik, faktanya pendidikan tak ubahnya barang dagangan yang diperjual belikan di kantor-kantor pejabat tinggi bahkan di sekolah. Pendidikan yang bertujuan perbaikan moral dan etika anak didik hanya menjadi kajian klise yang ujungnya berorientasi finansial, kita dapat melihat prakteknya dari seorang guru dikirim pelatihan untuk kurikulum baru atau metode mengajar anak didik hanya berorientasi pada uang saku yang diberikan dan sertifikat hasil pelatihan tersebut, hasilnya Nol (0) tak mendapatkan apa-apa, itu tak bisa di pungkiri lagi.
Permasalahan disini bukan di dunia pendidikannya, tapi manusianya yang sudah mengarah ke sifat matrealistik, karena pengaruh kapitalisme yang memaksakan manusia tidak mampu berdikari dan terkikisnya rasa kemanusian. Manusia indonesia adalah manusia yang mudah dipengaruhi, apalagi tentang budaya, ini dapat kita lihat dari sejarah bangsa besar ini, dari semula yang berbudaya animisme dan dinamisme menjadi budaya hindu budha menjadi budaya islam dan sekarang budaya tanpa identitas mencampurkan semua pengaruh dan merasa bangga jika menjadi manusia dengan budaya bangsa lain, bangga dengan budaya modern dan matrealistik.
Pertunjukan ini akan mengangkat sebuah fenomena yang terjadi belakangan ini, perubahan dan perkembangan zaman yang begitu pesat merubah pola pikir anak didik menjadi gundah tak memiliki pijakan kuat bagaimana menyikapi perubahan dan perpindahan itu. Kita tak akan pernah mampu membuat anak didik cinta kepada budaya bangsa Inidonesia karena banyak anak didik yang tak mengerti bagaimana cara menyikapi pengaruh budaya luar sedangkan ia harus mencintai budaya bangsanya sendiri. Pengaruh budaya luar terus terjadi tak akan pernah berhenti yang harus ditekankan disini adalah jangan sampai pengaruh budaya luar menjadikan anak didik menjadi manusia yang tak bermoral dan tak bermartabat.




PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
Oleh  : Ary Wib
Panggung prosenium dengan setting depan rumah tiga siswa yang sedang merayakan hari kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama, setting tersebut adalah perumpamaan rumah tampak depan saja. Beberapa aktor yang memerankan sebagai siswa SMP sedang merayakan kelulusannya. Mereka bersuka cita bernyanyi menari.
1.      Putri : bahagia karena kelulusannya, teman-teman setelah ini kita ngapain?
2.      Ayu : ngapain ya?
3.      Dina : ya cari sekolah lah yang cocok untuk kita,
4.      Putri : tertawa iya juga ya, tapi bukan itu maksudku. Sebentar lagi ini kita ngapain?
5.      Dina : oh ...    
6.      Ayu : ngapain aja yang penting senang –senang dulu, lalu kita sama-sama berpikir kita akan masuk sekolah mana?
7.      Dina : oh ...
8.      Putri : ah oh ah oh... ayo kita akan kemana ini? Main dimana? Apa kita pulang saja memberi tahu ibu kelulusan kita ini?
9.      Dina : lah itu, pilihan yang kedua saja, kita kan belum memberi tahu kabar gembira ini pada orang tua kita.
10.  Ayu : ah kamu ini, mak mak an banget seh...!
11.  Putri : iya lebih baik kita beritahu ibu kita dulu, lalu jam satu kita berkumpul lagi disini, bagaimana oke?
12.  Indah : sebentar teman-teman, sepertinya kita mesti berbicara dulu deh,
13.  Ayu : apa lagi seh... iya nanti saja ngomongnya, kita beri tahu mak kita dulu, mereka pasti menunggu kabar dari kita.
14.  Indah : aku takut kalian setelah ini bakal berubah kepadaku, melupakan persahabatan kita, setelah nanti kita dapat teman-teman baru disekolah.
15.  Ayu : aduhhh, cabe deh... kamu ini lebbay .. sudah deh, walau kamu sedikit cupu kami tetap akan jadi temanmu kok.
16.  Indah : benar kah? Senang
17.  Putri : iya ndah, tenang saja, memang kenapa sih kamu berpikir seperti itu?
18.  Indah : aku tu bakal disekolahin di kota sama bapakku, di kraksaan kata bapak itu menghawatirkan.
19.  Dina : apanya yang menghawatirkan
20.  Ayu : ah bapakmu itu sotoy, sudahlah sekolah dimana saja sama, yang penting kamu tetap tinggal disini kan?
21.  Indah : itu masalahnya, aku juga harus pindah, bapak di pindah tugas di daerah kota. Jadi aku mesti ikut aku kan hanya tinggal dengan bapak
22.  Putri : sudah, kan masih bisa behubungan, lah sekarang kan ada hp, fesbuk, bb ,dll, masa kamu nggak ngerti?
23.  Indah : iya tapi beda..
24.  Dina : berarti kamu seminggu sekali harus berkunjung kesini, atau kami yang berkunjung kesana.
25.  Ayu : lah itu ide bagus, sekalian kan kita bisa pindah tempat nongkrong, nggak disini melulu?
26.  Putri : nah kan sudah ada solusinya nih, bagaimana kalau kita pulang kerumah masing-masing dulu, ingat jam satu kita berkumpul lagi. Kita lanjutkan kegembiraaan ini dengan jalan-jalan ? setuju?
27.  Semua : oke...
 Mereka semua masuk kerumah masing – masing nampak indah masih diam, termenung sambil membacakan sesuatu di buku diary yang dia pegang sejak tadi.
Telah kutuliskan janjiku
Bersama ketiga sahabatku
Ketika semua sudah berubah
Zaman semakin tak terarah
Ketika perubahan menjadi hantu yang menakutkan
Ketika perpindahanmenjadi sebuah keharusan
Kita terjang bersama –sama hadapi dengan hati lapang
Hadapi dengan bijaksana
Ini janji kita, disaksikan langit dan bumi yang kita pijak
Semoga tuhan memberi kemudahan untuk kita menggapai cita
Tiba-tiba datang beberapa orang, berpakaian rapi, mengenakan jas, dan beberapa orang lagi seperti seorang kontraktor sedang meninjau sebuah wilayah nampaknya akan dijadikan sebuah pusat perkotaan di daerah.  Indah diam-diam mendengarkan percakan mereka.

28.  Joko : sebenarnya daerah ini masih kurang representatif untuk dijadikan pertokoaan. Masyarakatnya masih kaku, saya khawatir jika dipaksakan akan timbul respon negatif dari masyarakat.
29.  Harto : yah.. itu sudah saya perkirakan, setidaknya sebelum kita melakukan pembangunan, harus ada komunikasi kepada pihak terkait, bisa dari pejabat daerah atau tokoh-tokoh masyarakat daerah ini.
30.  Joko : rencana saya di sini akan didirikan pusat perbelanjaan dan cafe.
31.  Harto : bukannya disekitar daerah ini ada sekolah, pasti muncul protes dari masyarakat kalau tempat ini dijadikan tempat seperti itu.
32.  Joko : itu mudah saja, yang pertama kita buat pusat pertokoan yang mendukung dan berperan penting akan keberadaan sekolah. Seperti toko buku, warnet dan foto copy. Setelah itu baru kita buat swalayan termegah di kota ini, lalu cafe-cafe dan setelah itu kita jadikan rumah – rumah masyarakat dengan perumahan-perumahan, ini akan menimimalisir respon negatif dari masyarakat, karena kita akan memberikan harga termurah untuk masyarakat sekitar.
33.  Harto : baiklah segera bapak laksanakan rencana ini, proposal pembangunannya kan sudah ditandatangani oleh bupati, jadi bapak atur jadwal untuk mensosialisasikan rencana ini kepada masyarakat sekitar.
Tiba-tiba indah menghampiri kedua orang tersebut, nampaknya indah kurang begitu suka atas rencana yang dibicarakan kedua orang tersebut.
34.  Indah : maaf pak, bukannya saya ingin ikut campur masalah bapak.
35.  Joko : apanya masalah, ini sebuah projek besar dik
36.  Indah : tapi pak,
37.  Joko : sudah kamu nggak usah khawatir, kotamu ini akan menjadi kota yang menyenangkan. Penuh dengan hiburan-hiburan yang akan kamu sukai.
38.  Indah : tapi pembangunan tempat yang bapak-bapak tadi bicarakan akan memberikan pengaruh tidak baik kepada saya dan teman-teman, terutama yang masih pelajar di daerah ini. Bagaimana nasib generasi muda sekarang jika selalu dicekoki dengan hal-hal berbau glamour seperti itu pak.
39.  Joko : sudah kamu tahu apa tentang ini, kamu masih muda belajar yang rajin, berikan orang tuamu nilai terbaik, nilai 9 – 10 -11 atau bahkan 1000, tertawa.mari pak sebaiknya kita mengkondisikan para pekerja akan kesiapannya melaksanakan pembangunan.
40.  Mereka berdua pergi, tinggallah indah yang masih khawatir akan pembangunan didaerahnya.
41.  Indah : saya tahu, tempat-tempat itu akan menimbulkan pengaruh buruk kepada kita semua, kita belum mampu berpikir bijak dalam menyikapi modernisasi yang semakin pesat perkembangannya.
Dari belakang muncul ibu-ibu salah satu ibu tersebut adalah tante dari indah
42.  Tante indah : loh ndah kok masih disini, kamu dari tadi ditunggu bapakmu, dia sedang berkemas, katanya kamu akan pindah ke kota kan, segera kamu pulang bantu ayahmu.
43.  Indah : tapi tan,
44.  Tante indah : kenapa?
45.  Indah : tadi saya bertemu dengan dua orang yang nampaknya akan membangun sebuah pusat pertokoaan disini, rumah-rumah dan perkampuangan ini akan hilang tan,
46.  Tante indah : aduhhh,  ya biarkan saja to... bukan urusan kita juga ...
47.  Indah : tante ini bagaimana, rumah tante dan masyarakat akan digusur dan dijadikan perumahan.
48.  Tante indah : loh –loh gak bisa begitu
49.  Indah : nggak bisa bagaimana tan, tadi saya dengar proposalnya sudah ditandatangani oleh bupati.
50.  Tante indah : berarti kita, nggak boleh tinggal diam ini, kita mesti kerahkan semua warga untuk demo, protes, memang kapan mereka akan melaksanakan rencannya itu.
51.  Indah : mungkin besok tan, mereka sekarang sedang bersiap-siap tan.
52.  Tante indah : loh-loh mari ibu-ibu kita berkumpul nggosip eh kumpulkan para ibu-ibu dan bapak-bapak beritahukan berita ini, kita harus bertindak.
53.  Indah : tante aku ikut..
54.  Tante indah : sudah kamu disini saja, eh maksud saya kamu pulang bantu bapakmu, biarkan maslah ini tante yang atasi.
Ibu-ibu dan indah keluar panggung, masuk beberapa pekerja dan dua orang tadi untuk merealisasikan rencananya, adegan ini di lakukan dengan membuat sebuah teatrikal yang menyimbolkan pembangunan, setting belakan berubah, orang belakang panggung membalik setting yang dibelakangnya sudah ada setting setting pengggambaran pertokoan yang akan dibangun oleh para pekerja. Para pekerja menari dan menyanyi
Bergerak kita bergerak
Membangun kita membangun
Hancurkan kita hancurkan
Jadikan tempat yang berkwalitas
Jadikan tempat hiburan
Pasti semua senang
Dari samping panggung para warga melakukan demo, mereka tidak terima akan pembangunan yang akan dilaksan. Para warga protes dengan melakukan tarian dan menyanyi.
Kita protes
Kami protes
Semua warga protes
Janggan sampai ada penggusuran
Jangan sampai pembangunan ini merugikan
Kampung ini punya sejarah
Jangan hancurkan begitu saja
Terjadi percekcokan, antara warga dengan para pekerja dan dua orang itu, pertengakaran berlangsung, hingga akhirnya joko membuka tas kopernya yang berisi uang, dan membagi-bagikannya kepada semua warga.
Joko : ibu-ibu bapak-bapak sudah-sudah, nanti rumah –rumah bapak dan ibu sekalian akan menjadi perumahan yang megah, dan ini uang ganti rugi kami. Jika masih kurang besok kami tambah lagi.
Semua warga : Nah... kalau begini, kami tidak mungkin menolak...
Semua warga senang gembira, mereka akhirnya mendukung pembangunan yang akan dilakukan. Mereka bernyanyi dan menari bersama-sama.
Bergerak kita bergerak
Membangun kita membangun
Hancurkan kita hancurkan
Jadikan tempat yang berkwalitas
Jadikan tempat hiburan
Pasti semua senang
Pembanguna pun berlangsung hingga terjadilah pusat pertokoaan, beberapa kerumunan remaja hilir mudik masuk tempat perbelanjaan, cafe dan sarana hiburan yang lain, setting dibelakan adalah warnet , swalayan dan cafe, nampak ayu, dina dan putri keluar dari tiga tempat tersebut, mereka sudah sma, masih mengenakan seragam. Mereka saling bertemu dan terjadilah percakapan.
55.  Ayu : aduhh, tahu nggak teman-teman, tadi aku kencan dengan dua cowok sekaligus lho, di kafe ini. Mereka keren, gayanya maskulin, macho lagi.
56.  Dina : kalau aku sudah punya koleksi terbaru, memang artis korea itu kereen lo...
57.  Putri : hmmm, coba kalian lihat apa yang aku bawa ini, aku tadi shopping, dan yang paling penting semua ini yang membelikan cowokku lho... memang aku ini cantik membahenol, jadi semua cowok pasti gampang terkena bujuk rayuanku.
58.  Ayu : eh si cupu indah nggak pulang ya... mungkin nggak sih dia sudah menjadi cewek cabe-cabean?
59.  Dina : adanya kita yang cabe-cabean....
Semua tertawa, tiba-tiba dari samping panggung, terdengar orang memanggil, sepertinya itu adalah suara ibu-ibu ketiga anak tersebut, mereka marah karena menerima surat panggilan dari sekolah, ibu dari ayu marah karena mendapat panggilan kasus ayu yang kepergok pacaran beberapa kali disekolah, ibu dari putri marah karena putri ketahuan memalak temannya, dan sering menipu temannya dan yang lebih parah putri ketahuan mencuri handphone temannya disekolah, sedangkan ibu dari dina mendapat panggilan kasus menyimpan video dewasa, video yang tak layak ditonton. Ketiga ibu marah, sebelum ibu mereka datang mereka telah lari terlebih dahulu, ibu-ibu mereka berkumpul ditengah panggung, menangis, saling berpelukan menyadari jika selama ini mereka kurang memperhatikan putri-putrinya.
Salah satu dari ibu –ibu tersebut berpuisi
Terbayarlah sudah semua,
Apakah ini yang harus diterima
Ketika kita lupa akan pendidikan anak
Ketika kita berada dalam kesenangan sendiri
Melupakan putra-putri kita
Perubahan dan perpindahan zaman itu memang menyakitkan
Tetapi haruskah semua hanyut terlena didalamnya.

Dari belakang panggung muncul indah, dia berusaha menenangkan ketiga ibu yang menangis tersebut, dan dari tasnya dikeluarkan beberapa buku diberikan kepada ke ibu-ibu tadi
60.  Indah : kita mesti belajar bu, tak mungkin mampu menyikapi perubahan dan perpindahan zaman ini jika kita enggan membaca jati diri bangsa kita sendiri.
Selesai
Kraksaan, 4 Agustus 2014

1 komentar: