Jumat, 19 September 2014

PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA


PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
 oleh : Ary Wib
Ide kreatif
Baik ini sudah cukup, sudah lama sekali aku diam untuk tak berkata-kata lagi, cukup sudah menanggung gelisah yang selama ini terpendam. Kisah ini hanya replika dari secuil cerita yang terjadi di masyarakat yang sekarang semakin menjemukan untuk diceritakan. Masih saja kali ini kita akan membicarakan tentang budaya, yang selalu menjadi topik perbincangan yang tak pernah ada hentinya. Negara ini usai sudah melaksanakan pesta demokrasi, budaya saling menggunjing dan buda sok politis dan puitis juga bijak sudah usai. Dunia juga usai melaksanakan pesta perdamaian dengan wujud liga dunia dalam bidang sepak bola, budaya taruhan, budaya tebak skor dan budaya kaos club negara sudah usai. Inilah Indonesia negara beraneka ragam budaya, berbagai suku dan bangsa hanya mampu dipengaruhi oleh satu budaya nasional maupun global (mendunia). Itulah manusia yang selalu penasaran dengan hal yang selalu menjadi trend dan hangat diperbincangkan di media. Banyak faktor yang mampu mempengaruhi itu, banyak kisah yang akan menjadi melow jika ceritanya dibuat menyayat. Akan tetapi naskah ini tidak akan membicarakan tentang kisah lebay dimana kita sebagai bangsa indonesia sudah terkikis akar budayanya, sudah termakan dengan monster globalisasi, sudah menjadi manusia pelagiat kelas kakap, menjadi yang teraniaya dan menganiyaya diri sendiri oleh suguhan yang gemerlap dan penuh retorika yang menjanjikan.  
Suatu ketika dimana kebudayaan memang benar sudah menjadi barang dagangan semua akan teriak, jangan...! pencuri...! tukang serobot...! kurang ajar...!. inilah keadaan bangsa yang kita cintai, berhari hari memberikan sebuah janji, janji perubahan besar sebuah revolusi demi majunya bangsa yang besar ini. Begitupun pendidikan hanya menjadi kedok akan perbaikan moralitas anak didik, faktanya pendidikan tak ubahnya barang dagangan yang diperjual belikan di kantor-kantor pejabat tinggi bahkan di sekolah. Pendidikan yang bertujuan perbaikan moral dan etika anak didik hanya menjadi kajian klise yang ujungnya berorientasi finansial, kita dapat melihat prakteknya dari seorang guru dikirim pelatihan untuk kurikulum baru atau metode mengajar anak didik hanya berorientasi pada uang saku yang diberikan dan sertifikat hasil pelatihan tersebut, hasilnya Nol (0) tak mendapatkan apa-apa, itu tak bisa di pungkiri lagi.
Permasalahan disini bukan di dunia pendidikannya, tapi manusianya yang sudah mengarah ke sifat matrealistik, karena pengaruh kapitalisme yang memaksakan manusia tidak mampu berdikari dan terkikisnya rasa kemanusian. Manusia indonesia adalah manusia yang mudah dipengaruhi, apalagi tentang budaya, ini dapat kita lihat dari sejarah bangsa besar ini, dari semula yang berbudaya animisme dan dinamisme menjadi budaya hindu budha menjadi budaya islam dan sekarang budaya tanpa identitas mencampurkan semua pengaruh dan merasa bangga jika menjadi manusia dengan budaya bangsa lain, bangga dengan budaya modern dan matrealistik.
Pertunjukan ini akan mengangkat sebuah fenomena yang terjadi belakangan ini, perubahan dan perkembangan zaman yang begitu pesat merubah pola pikir anak didik menjadi gundah tak memiliki pijakan kuat bagaimana menyikapi perubahan dan perpindahan itu. Kita tak akan pernah mampu membuat anak didik cinta kepada budaya bangsa Inidonesia karena banyak anak didik yang tak mengerti bagaimana cara menyikapi pengaruh budaya luar sedangkan ia harus mencintai budaya bangsanya sendiri. Pengaruh budaya luar terus terjadi tak akan pernah berhenti yang harus ditekankan disini adalah jangan sampai pengaruh budaya luar menjadikan anak didik menjadi manusia yang tak bermoral dan tak bermartabat.




PUTRIKU, PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
Oleh  : Ary Wib
Panggung prosenium dengan setting depan rumah tiga siswa yang sedang merayakan hari kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama, setting tersebut adalah perumpamaan rumah tampak depan saja. Beberapa aktor yang memerankan sebagai siswa SMP sedang merayakan kelulusannya. Mereka bersuka cita bernyanyi menari.
1.      Putri : bahagia karena kelulusannya, teman-teman setelah ini kita ngapain?
2.      Ayu : ngapain ya?
3.      Dina : ya cari sekolah lah yang cocok untuk kita,
4.      Putri : tertawa iya juga ya, tapi bukan itu maksudku. Sebentar lagi ini kita ngapain?
5.      Dina : oh ...    
6.      Ayu : ngapain aja yang penting senang –senang dulu, lalu kita sama-sama berpikir kita akan masuk sekolah mana?
7.      Dina : oh ...
8.      Putri : ah oh ah oh... ayo kita akan kemana ini? Main dimana? Apa kita pulang saja memberi tahu ibu kelulusan kita ini?
9.      Dina : lah itu, pilihan yang kedua saja, kita kan belum memberi tahu kabar gembira ini pada orang tua kita.
10.  Ayu : ah kamu ini, mak mak an banget seh...!
11.  Putri : iya lebih baik kita beritahu ibu kita dulu, lalu jam satu kita berkumpul lagi disini, bagaimana oke?
12.  Indah : sebentar teman-teman, sepertinya kita mesti berbicara dulu deh,
13.  Ayu : apa lagi seh... iya nanti saja ngomongnya, kita beri tahu mak kita dulu, mereka pasti menunggu kabar dari kita.
14.  Indah : aku takut kalian setelah ini bakal berubah kepadaku, melupakan persahabatan kita, setelah nanti kita dapat teman-teman baru disekolah.
15.  Ayu : aduhhh, cabe deh... kamu ini lebbay .. sudah deh, walau kamu sedikit cupu kami tetap akan jadi temanmu kok.
16.  Indah : benar kah? Senang
17.  Putri : iya ndah, tenang saja, memang kenapa sih kamu berpikir seperti itu?
18.  Indah : aku tu bakal disekolahin di kota sama bapakku, di kraksaan kata bapak itu menghawatirkan.
19.  Dina : apanya yang menghawatirkan
20.  Ayu : ah bapakmu itu sotoy, sudahlah sekolah dimana saja sama, yang penting kamu tetap tinggal disini kan?
21.  Indah : itu masalahnya, aku juga harus pindah, bapak di pindah tugas di daerah kota. Jadi aku mesti ikut aku kan hanya tinggal dengan bapak
22.  Putri : sudah, kan masih bisa behubungan, lah sekarang kan ada hp, fesbuk, bb ,dll, masa kamu nggak ngerti?
23.  Indah : iya tapi beda..
24.  Dina : berarti kamu seminggu sekali harus berkunjung kesini, atau kami yang berkunjung kesana.
25.  Ayu : lah itu ide bagus, sekalian kan kita bisa pindah tempat nongkrong, nggak disini melulu?
26.  Putri : nah kan sudah ada solusinya nih, bagaimana kalau kita pulang kerumah masing-masing dulu, ingat jam satu kita berkumpul lagi. Kita lanjutkan kegembiraaan ini dengan jalan-jalan ? setuju?
27.  Semua : oke...
 Mereka semua masuk kerumah masing – masing nampak indah masih diam, termenung sambil membacakan sesuatu di buku diary yang dia pegang sejak tadi.
Telah kutuliskan janjiku
Bersama ketiga sahabatku
Ketika semua sudah berubah
Zaman semakin tak terarah
Ketika perubahan menjadi hantu yang menakutkan
Ketika perpindahanmenjadi sebuah keharusan
Kita terjang bersama –sama hadapi dengan hati lapang
Hadapi dengan bijaksana
Ini janji kita, disaksikan langit dan bumi yang kita pijak
Semoga tuhan memberi kemudahan untuk kita menggapai cita
Tiba-tiba datang beberapa orang, berpakaian rapi, mengenakan jas, dan beberapa orang lagi seperti seorang kontraktor sedang meninjau sebuah wilayah nampaknya akan dijadikan sebuah pusat perkotaan di daerah.  Indah diam-diam mendengarkan percakan mereka.

28.  Joko : sebenarnya daerah ini masih kurang representatif untuk dijadikan pertokoaan. Masyarakatnya masih kaku, saya khawatir jika dipaksakan akan timbul respon negatif dari masyarakat.
29.  Harto : yah.. itu sudah saya perkirakan, setidaknya sebelum kita melakukan pembangunan, harus ada komunikasi kepada pihak terkait, bisa dari pejabat daerah atau tokoh-tokoh masyarakat daerah ini.
30.  Joko : rencana saya di sini akan didirikan pusat perbelanjaan dan cafe.
31.  Harto : bukannya disekitar daerah ini ada sekolah, pasti muncul protes dari masyarakat kalau tempat ini dijadikan tempat seperti itu.
32.  Joko : itu mudah saja, yang pertama kita buat pusat pertokoan yang mendukung dan berperan penting akan keberadaan sekolah. Seperti toko buku, warnet dan foto copy. Setelah itu baru kita buat swalayan termegah di kota ini, lalu cafe-cafe dan setelah itu kita jadikan rumah – rumah masyarakat dengan perumahan-perumahan, ini akan menimimalisir respon negatif dari masyarakat, karena kita akan memberikan harga termurah untuk masyarakat sekitar.
33.  Harto : baiklah segera bapak laksanakan rencana ini, proposal pembangunannya kan sudah ditandatangani oleh bupati, jadi bapak atur jadwal untuk mensosialisasikan rencana ini kepada masyarakat sekitar.
Tiba-tiba indah menghampiri kedua orang tersebut, nampaknya indah kurang begitu suka atas rencana yang dibicarakan kedua orang tersebut.
34.  Indah : maaf pak, bukannya saya ingin ikut campur masalah bapak.
35.  Joko : apanya masalah, ini sebuah projek besar dik
36.  Indah : tapi pak,
37.  Joko : sudah kamu nggak usah khawatir, kotamu ini akan menjadi kota yang menyenangkan. Penuh dengan hiburan-hiburan yang akan kamu sukai.
38.  Indah : tapi pembangunan tempat yang bapak-bapak tadi bicarakan akan memberikan pengaruh tidak baik kepada saya dan teman-teman, terutama yang masih pelajar di daerah ini. Bagaimana nasib generasi muda sekarang jika selalu dicekoki dengan hal-hal berbau glamour seperti itu pak.
39.  Joko : sudah kamu tahu apa tentang ini, kamu masih muda belajar yang rajin, berikan orang tuamu nilai terbaik, nilai 9 – 10 -11 atau bahkan 1000, tertawa.mari pak sebaiknya kita mengkondisikan para pekerja akan kesiapannya melaksanakan pembangunan.
40.  Mereka berdua pergi, tinggallah indah yang masih khawatir akan pembangunan didaerahnya.
41.  Indah : saya tahu, tempat-tempat itu akan menimbulkan pengaruh buruk kepada kita semua, kita belum mampu berpikir bijak dalam menyikapi modernisasi yang semakin pesat perkembangannya.
Dari belakang muncul ibu-ibu salah satu ibu tersebut adalah tante dari indah
42.  Tante indah : loh ndah kok masih disini, kamu dari tadi ditunggu bapakmu, dia sedang berkemas, katanya kamu akan pindah ke kota kan, segera kamu pulang bantu ayahmu.
43.  Indah : tapi tan,
44.  Tante indah : kenapa?
45.  Indah : tadi saya bertemu dengan dua orang yang nampaknya akan membangun sebuah pusat pertokoaan disini, rumah-rumah dan perkampuangan ini akan hilang tan,
46.  Tante indah : aduhhh,  ya biarkan saja to... bukan urusan kita juga ...
47.  Indah : tante ini bagaimana, rumah tante dan masyarakat akan digusur dan dijadikan perumahan.
48.  Tante indah : loh –loh gak bisa begitu
49.  Indah : nggak bisa bagaimana tan, tadi saya dengar proposalnya sudah ditandatangani oleh bupati.
50.  Tante indah : berarti kita, nggak boleh tinggal diam ini, kita mesti kerahkan semua warga untuk demo, protes, memang kapan mereka akan melaksanakan rencannya itu.
51.  Indah : mungkin besok tan, mereka sekarang sedang bersiap-siap tan.
52.  Tante indah : loh-loh mari ibu-ibu kita berkumpul nggosip eh kumpulkan para ibu-ibu dan bapak-bapak beritahukan berita ini, kita harus bertindak.
53.  Indah : tante aku ikut..
54.  Tante indah : sudah kamu disini saja, eh maksud saya kamu pulang bantu bapakmu, biarkan maslah ini tante yang atasi.
Ibu-ibu dan indah keluar panggung, masuk beberapa pekerja dan dua orang tadi untuk merealisasikan rencananya, adegan ini di lakukan dengan membuat sebuah teatrikal yang menyimbolkan pembangunan, setting belakan berubah, orang belakang panggung membalik setting yang dibelakangnya sudah ada setting setting pengggambaran pertokoan yang akan dibangun oleh para pekerja. Para pekerja menari dan menyanyi
Bergerak kita bergerak
Membangun kita membangun
Hancurkan kita hancurkan
Jadikan tempat yang berkwalitas
Jadikan tempat hiburan
Pasti semua senang
Dari samping panggung para warga melakukan demo, mereka tidak terima akan pembangunan yang akan dilaksan. Para warga protes dengan melakukan tarian dan menyanyi.
Kita protes
Kami protes
Semua warga protes
Janggan sampai ada penggusuran
Jangan sampai pembangunan ini merugikan
Kampung ini punya sejarah
Jangan hancurkan begitu saja
Terjadi percekcokan, antara warga dengan para pekerja dan dua orang itu, pertengakaran berlangsung, hingga akhirnya joko membuka tas kopernya yang berisi uang, dan membagi-bagikannya kepada semua warga.
Joko : ibu-ibu bapak-bapak sudah-sudah, nanti rumah –rumah bapak dan ibu sekalian akan menjadi perumahan yang megah, dan ini uang ganti rugi kami. Jika masih kurang besok kami tambah lagi.
Semua warga : Nah... kalau begini, kami tidak mungkin menolak...
Semua warga senang gembira, mereka akhirnya mendukung pembangunan yang akan dilakukan. Mereka bernyanyi dan menari bersama-sama.
Bergerak kita bergerak
Membangun kita membangun
Hancurkan kita hancurkan
Jadikan tempat yang berkwalitas
Jadikan tempat hiburan
Pasti semua senang
Pembanguna pun berlangsung hingga terjadilah pusat pertokoaan, beberapa kerumunan remaja hilir mudik masuk tempat perbelanjaan, cafe dan sarana hiburan yang lain, setting dibelakan adalah warnet , swalayan dan cafe, nampak ayu, dina dan putri keluar dari tiga tempat tersebut, mereka sudah sma, masih mengenakan seragam. Mereka saling bertemu dan terjadilah percakapan.
55.  Ayu : aduhh, tahu nggak teman-teman, tadi aku kencan dengan dua cowok sekaligus lho, di kafe ini. Mereka keren, gayanya maskulin, macho lagi.
56.  Dina : kalau aku sudah punya koleksi terbaru, memang artis korea itu kereen lo...
57.  Putri : hmmm, coba kalian lihat apa yang aku bawa ini, aku tadi shopping, dan yang paling penting semua ini yang membelikan cowokku lho... memang aku ini cantik membahenol, jadi semua cowok pasti gampang terkena bujuk rayuanku.
58.  Ayu : eh si cupu indah nggak pulang ya... mungkin nggak sih dia sudah menjadi cewek cabe-cabean?
59.  Dina : adanya kita yang cabe-cabean....
Semua tertawa, tiba-tiba dari samping panggung, terdengar orang memanggil, sepertinya itu adalah suara ibu-ibu ketiga anak tersebut, mereka marah karena menerima surat panggilan dari sekolah, ibu dari ayu marah karena mendapat panggilan kasus ayu yang kepergok pacaran beberapa kali disekolah, ibu dari putri marah karena putri ketahuan memalak temannya, dan sering menipu temannya dan yang lebih parah putri ketahuan mencuri handphone temannya disekolah, sedangkan ibu dari dina mendapat panggilan kasus menyimpan video dewasa, video yang tak layak ditonton. Ketiga ibu marah, sebelum ibu mereka datang mereka telah lari terlebih dahulu, ibu-ibu mereka berkumpul ditengah panggung, menangis, saling berpelukan menyadari jika selama ini mereka kurang memperhatikan putri-putrinya.
Salah satu dari ibu –ibu tersebut berpuisi
Terbayarlah sudah semua,
Apakah ini yang harus diterima
Ketika kita lupa akan pendidikan anak
Ketika kita berada dalam kesenangan sendiri
Melupakan putra-putri kita
Perubahan dan perpindahan zaman itu memang menyakitkan
Tetapi haruskah semua hanyut terlena didalamnya.

Dari belakang panggung muncul indah, dia berusaha menenangkan ketiga ibu yang menangis tersebut, dan dari tasnya dikeluarkan beberapa buku diberikan kepada ke ibu-ibu tadi
60.  Indah : kita mesti belajar bu, tak mungkin mampu menyikapi perubahan dan perpindahan zaman ini jika kita enggan membaca jati diri bangsa kita sendiri.
Selesai
Kraksaan, 4 Agustus 2014

Joko Seger Roro Anteng


RORO ANTENG  DAN JOKO SEGER
Diadaptasi dari cerita rakyat Roro Anteng dan Joko Seger oleh Ary Wibowo


Kisah berikut ini merupakan rekayasa fiktif yang diambil dari ide cerita rakyat dari Probolinggo, kesamaan rekaan peristiwa merupakan unsur kesengajaan, hanya untuk kepentingan hiburan semata. Jika ada peristiwa yang mungkin bertentangan dengan budaya ataupun agama, diharapkan menjadi koreksi untuk penggarapan naskah ini.

ACT 1
Setting Tempat Dalang yang akan membuka sebuah pertunjukan. Dalang memainkan beberapa wayang dan satu gunungan, mengesankan akan bercerita pada para penonton, dengan gayanya seorang dalang dia membawakan, dengan diberi irama pada setiap dialognya, lampu hanya membentuk siluet tempat dalang bermain dengan wayangnya.
1.      Dalang : Saat perang saudara berkecamuk, konflik keluarga yang berkepanjangan, perebutan tahta di Majapahit menjadi alasan untuk segala peristiwa yang menimpa Nusantara kala itu. Rakyat semakin tak terurus, kemiskinan, kelaparan dan penjarahan terjadi setiap waktu. Para adipati sering meminta upeti yang jumlahnya diluar batas kemampuan rakyat. Perang sering terjadi, bunuh – membunuh di sekitar istana sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Para putra mahkota majapahit saling tuding, saling tendang satu sama lain. Ini semua disebabkan karena terkikisnya moral dan hilangnya rasa hormat terhadap para leluhur yang telah membesarkan majapahit. Krisis identitas karena pengaruh budaya luar. Kurangnya menanamkan pondasi sejarah leluhur merupakan degradasi sikap yang telah menimpa putra mahkota majapahit. Raja majapahit yang sudah lelah menghadapi keadaan yang semakin kacau memilih mengalah kepada anaknya sendiri, sang raja menyerahkan mahkota dan kursi kekuasaan kepada putra mahkota. Sang Raja dan permaisyurinya pindah kesuatu tempat yaitu didaerah pegunungan tempat pertapaan leluhur Majapahit yaitu gunung
Lejar atau kawasan Madakaripura menjadi pilihan sang raja untuk menjalani kehidupan baru dan melestarikan budaya majapahit agar tumbuh berkembang tidak termakan zaman. Setelah beberapa lama Permaisyuri melahirkan seorang putri yang cantik jelita, ditengah kelahirannya itu muncul keanehan pada anak kedua raja tersebut, yaitu bayi yang baru dilahirkan itu tidak menagis. Dari peristiwa tersebut, akhirnya Raja memutuskan memberi nama Dewi Roro Anteng. Roro Anteng dari kecil hingga sekarang hidup bahagia, ayah dan ibunya memberi kasih sayang yang sangat besar.
18 tahun berlalu roro anteng tumbuh besar sebagai putri yang cantik dan banyak yang ingin meminangnya, sampai suatu ketika seorang raksasa yang dikenal dengan Kyai Bima ingin melamar Roro Anteng, tapi dia tidak menghendaki Kyai Bima menjadi suaminya. Roro Anteng menolak lamaran Kyai Bima dengan mengajukan persyaratan untuk membuatkan Danau yang besar di daerah pegunungan Bromo dalam waktu semalam, dengan kecerdikan Roro Anteng Kyai Bima tidak mampu menyelesaikannya. Padahal kyai Bima telah menggunakan Batok Kelapa yang di berikekuatan untuk mengeruk tanah sebanyak mungkin, karena kecerdikan Roro anteng tersebut dibangunkannya para penduduk sekitar untuk menumbuk lesung dan membakar jerami, sehingga ayam berkokok. Roro anteng membuat suasana pagi sebelum saatnya. Kyai Bima marah dan jengkel karena tak bisa menyelesaikan pekerjaannya, dilemparkannya Batok sakti itu hingga berubah menjadi gunung yang sekarang kita kenal dengan gunung batok dan kerukan hasil kerja keras Kyai Bima itu menjadi kawah yang sekarang dikenal dengan lautan pasir. Roro Anteng pun bahagia, tak jadi menikah dengan Kyai Bima, tak disangka-sangka setelah peristiwa itu muncullah seorang pemuda yang tampan dan rupawan menghampiri roro anteng, dan....

Act 2
Setting berubah nampak slide kawah gunung bromo dan beberapa pemukiman yang ada disana orang-orang menata setting sambil menari dan bernyayi.
2.      Roro Anteng : Akhirnya aku terbebas dari raksasa jelek yang ingin meminangku, aku tak bisa membiarkan hatiku ini dimiliki oleh orang yang bengis seperti kyai Bima. Aku telah mengukir sebuah wajah di lubuk hati paling dalam, lelaki itu yang tidak kukenal tapi pernah kulihat saat pertama kali aku menginjakkan kakiku di kawah gunung ini. Saat itu aku masih remaja setiap hari aku melihat badanya yang coklat mengkilap menggambarkan kegagahan yang tak bisa diukur dengan apapun. Oh dewata kapan hambamu ini akan di pertemukan dengan lelaki pujaan hati hamba. Sudah lama aku merindukan seorang kesatria yang mampu menjagaku dan menjadi menopangku saat lara datang. Ayahanda dan ibunda tercinta sudah meninggalkanku, aku hidup sebatang kara. Tak ada yang mendampingiku tuk menjalani kehidupan sejahtera yang dicita-citakan ayahanda dengan masyarakat disekitar pegunungan ini.  Oh dewata sesungguhnya engkau yang maha mengetahui kegelisahan hati seorang hambamu ini.
Tiba-tiba suara petir menggetarkan tanah dimana roro anteng berpijak, mungkin menandakan doa roro dikabulkan oleh dewata agung. Tak lama setelah itu muncullah pria dewasa berkulit coklat berkilap, gagah dan perkasa nampak dari dia berjalan.
3.      Joko Seger : (terkejut karena melihat seorang perempuan sendiri di bukit) siapakah gerangan dirimu, bunga yang cantik jelita... bolehkah aku yang sedang kasmaran ini memperkenalkan diri?
4.      Roro Anteng : (terkejut) kenapa kang mas tiba-tiba datang ?
5.      Joko Seger : aku tadi terpesona melihat kecantikan wajahmu yang sungguh menawan, ijinkan aku, mengetahui siapakah engkau ?
6.      Roro Anteng : aku Roro Anteng, dan kau siapa kang mas yang rupawan? (Tersipu malu)
7.      Joko Seger : aku Joko Seger, seger seperti wajah dan tubuhku, aku adalah putra dari Brahmana yang tinggal dibalik lereng gunung momo ini.. eh maksudku gunung Bromo...!
8.      Roro Anteng : ihh... kang mas pandai bergurau.
9.      Joko Seger : Roro kau lihat matahari itu.
10.  Roro Anteng : iya kang mas, memang kenapa?
11.  Joko Seger : cahayanya sungguh menyilaukan, tapi lebih menyilaukan lagi jika aku melihat kecantikan wajahmu .
12.  Roro Anteng : ih kang mas Joko Guoommbal.
13.  Joko Seger : Roro... kang mas sedang terluka.
14.  Roro Anteng : kenapa kang, dimanakah yang terluka, biarkan aku yang mengobatinya!
15.  Joko Seger : tak ada seorangpun yang mampu mengobati lukaku, karena hatiku yang terluka karena mencintaimu pada pandangan pertama.
16.  Roro Anteng : kang mas bisa saja... kang mas bisa mengambilkan apapun yang aku inginkan?
17.  Joko Seger : iya Roro apa pun yang kamu mau akan aku ambilkan bulan, matahari lautan apapun itu?
18.  Roro Anteng : benar kang ? (nampak bahagia) tapi ada satu yang tak bisa kang mas ambil!
19.  Joko Seger : apa itu roro? Katakan saja aku pasti bisa mengambilnya!
20.  Roro Anteng : Kang mas tak bisa mengambil nama kakang di hati aku.
21.  Joko Seger : oh roro .... aku benar-benar jatuh hati padamu ijinkan aku meminangmu untuk hidup bersamaku sampai akhir hayat nanti.
22.  Roro Anteng : tapi kang mas harus berjanji untuk setia kepadaku, sampai akhir hayat nanti.
23.  Joko Seger : iya, aku berjanji Roro(memegang tangan Roro Anteng).
Tiba-tiba dalang muncul kembali, dan mengingatkan sesuatu pada Joko Seger.
24.  Dalang : saat roro anteng dan joko seger nampak sedang memadu kasih, joko seger  tidak menyadari bahwa keberadaannya di bukit gunung untuk meminta restu kepada dewata agung untuk berangkat perang membela rakyat di pegunungan lejar ini, karena beberapa hari yang lalu para adipati-adipati pusat meminta upeti terhadap daerah lejar. Padahal daerah ini tidak ada ikatan apapun dengan majapahit.  Seharusnya joko seger segera ke medang perang, joko seger adalah panglima perang harus membela tanah kelahirannya dari ekspansi adipati majapahit yang bertindak semena-mena.
25.  Joko Seger : (tersadar) Astaga !!! Roro Anteng, aku harus...
26.  Roro anteng : harus apa kang?
27.  Joko seger : harus kemedan perang, aku adalah panglima perang yang akan membela rakyat lejar dari tindakan adipati majapahit yang semena-mena.
28.  Roro Anteng : iya kakang, kau harus segera berangkat ke medan perang, rakyat membutuhkanmu.
29.  Joko Seger : baiklah, Roro maukah kau berjanji padaku, tidak akan pernah beranjak dari tempat ini, sebelum aku datang dari medan perang dan membawa berita bahagia atas kemenangan perang yang akan aku peroleh. Mau kah kau berjanji Roro?
30.  Roro Anteng : tentu , pasti, selalu, aku berjanji kang, aku tidak akan beranjak dari tempat ini sebelum kang mas datang padaku. Aku akan setia menunggumu kang.
31.  Joko Seger : Selamat tinggal  Dinda Roro Anteng,....lalu berlari dengan gagah
32.  Roro Anteng : Kang Mas...... Kang.... tunggu......! (berteriak)
33.  Joko Seger : Ada apa lagi dinda... kamu pasti takut merindukanku ya....?
34.  Roro Anteng : Tidak kang, tapi kang mas salah jalan, semestinya kang mas kearah sana (menunjuk kearah kiri).
35.  Joko Seger : Astaga... Baiklah Selamat tinggal Dinda....! (salah tingkah, lalu pergi)
Kemudian joko seger berangkat menuju medan perang, dia dengan gagah berani berjalan menuju medan laga untuk mempertahankan tanah kelahirannya musik mengalun semangat patriotis dengan gamelan dan gendang jawa. Dan adegan berganti dalang membuka adegan selanjutnya.,

ACT 3
36.  Dalang : oh kasih yang sangat besar, Hujan cinta yang membanjiri kehidupan mereka, mereka benar-benar diuji kesetiaannya oleh sang dewata, Joko Seger berangkat menuju medan perang yang sangat lama, bertahun-tahun perang itu berlangsung, sampai akhirnya Joko Seger mendapat kemenangan.. saat ia ingin kembali ke gunung tiba-tiba...
Tiba – tiba muncul letusan berkali kali dari gunung Bromo, gunung itu mengeluarkan lahar dan menerjunkan wedus gembel, dalang tertatih-tatih seolah-olah menghindari dari bencana gunung meletus. beberapa orang membawa kentongan memukul kentongan nampak kebingungan dan mereka berlari kesana kemari mengindari bencana, lampu menyala acak menggambarkan ketegangan yang terjadi. Roro Anteng masih tetap berdiam diri di puncak tempat itu.. lahar dan asap panas tidak menyentuh tubuh roro sama sekali. Dan letusan yang sangat hebat muncul..... dalang terjatuh dan semua hancur slide muncul gunung bromo yang mengeluarkan asap....
37.  Dalang : aduh, badanku remuk semua, aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, tolong aku siapa pun yang disana, bantu aku beranjak dari sini.
Salah satu crew berbaju penduduk masuk membantu dalang kembali ketempatnya. 
38.  Dalang : arggghhhh  (sepertinya masih menahan sakit)  baiklah para penonton sungguh betapa Besar Cinta Roro Anteng sampai dia setia menunggu sang pria idamannya, akhirnya Dewata membisikkan sesuatu hal pada Roro Anteng (dalang berperan seperti dewa tapi hanya pada suaranya saja) “Roro anteng, bangunlah dari diammu, aku sangat kagum dengan kesetiaanmu pada joko seger, bahkan letusan gunung tak membuatmu gentar dan takut, maka aku akan jadikan tempat ini tempat yang subur... subur tanahnya, masyarakatnya sejahtera dan aku beri nama tempat ini Anteng dan Seger jadi nama tempat ini menjadi TENGGER. Bangunlah Roro Anteng sambutlah calon suamimu” (kembali menjadi dalang) Akhirnya Joko seger datang dengan gagahnya dia datang membawa kabar gembira atas kemenangannya, tapi dia terkejut karena gunung yang ditinggalkannya telah berubah hancur dan dia langsung berlari menuju tempat Roro Anteng berdiam diri.


Act 4
Joko Seger terkejut melihat kondisi sekitar karena sudah berubah tidak seperti dulu sebelum dia tinggalkan.
39.  Joko Seger : Roro.... Roro anteng.....Roro Anteng .... Roro.....dimanakah kau...
Dari balik bayangan kabut gunung, Roro muncul
40.  Roro Anteng : aku disini Kang mas. aku menunggumu disini Kang mas Joko Seger.
41.  Joko Seger : sungguh kau benar-benar setia Roro, akan aku jadikan kau Istriku, biarlah semua gunung yang berada disini menjadi saksi Ikrarku padamu, Dinginnya Udara disini Menjadi selimut Cintaku yang membara padamu, dan Indahnya tempat ini menjadi Bukti Cinta kita, Betapa dewata Mengasihi cinta kita berdua dan kita akan mengarungi bahtera kehidupan Bersama Dinda.
42.  Roro Anteng : iya kang, aku akan menjadi istri yang baik dan setia untukmu kang mas Joko Seger.
Joko Seger dan Roro Anteng bergandeng mesrah, saling memegang tangan, dan membuat tarian kecil yang menggambarkan perasaan cinta yang bergejolak diantara keduanya, musik mengalun lembut menghantarkan mereka kelautan asmara yang sangat luas. Perlahan lampu meredup.

ACT 5
Setting Dalang dengan tempatnya, slide muncul keindahan-keindahan dan kesuburan daerah tengger. Sehingga membuat masyarakat disana makmur dan sejahtera
43.  Dalang : bertahun-tahun berlangsung, roro anteng dan joko seger mengarungi bahtera kehidupan, akan tetapi Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai anak, mereka bersedih dan keduanya saling diam, ini bukan berarti mereka pisah ranjang kemudian bercerai lho! tapi mereka sedang berdiam saja, bersemedi, meminta pada yang maha agung, lalu joko seger diam - diam tanpa pamit kepada roro anteng dia pergi ke puncak bromo bersemedi disana berdoa pada dewata.
Setting menggambarkan seolah-olah joko seger berada di puncak bukit bromo, Joko bersila dan tangan mengadah...
44.  Joko Seger : Wahai sang Dewata Agung, Hamba ini sedang dilanda kerisauan, hamba telah menjalani bahtera kehidupan bersama Roro Anteng sudah cukup lama, bertahun-tahun kami mengharapkan akan mendapatkan keturunan, tapi hingga sekarang masih belum juga mendapatkannya. Aku mohon padamu Dewata yang Agung, berikanlah hambamu ini keturunan, untuk menyempurnakan kebahagiaan kami.
Dalang berserta tempatnya muncul, musik gemuruh dan tegang menjadi baground dialog dalang.
45.  Dalang : joko seger meminta pada dewata agung, tapi permohonannya itu tidak akan dikabulkan jika ia tidak bisa memenuhi syarat yang harus dijalankan... (berdialog seperti dewa) “Joko Seger ... kau sudah lupa, kau sudah terlena atas kesuburan dan keindahan yang kuberikan pada tempat ini, kau telah lupa untuk tidak beribadah, kau lupa untuk tidak merawat kelestarian alam ini, sehingga banyak sampah – sampah yang kau buat dengan masyarakat disini, itu adalah hukuman bagimu, (pause) aku akan mencabut hukuman itu asalkan kau berjanji satu hal ! aku akan memberimu anak, istrimu akan melahirkan anak sebanyak 25, dan kau harus mengorbankan anak yang terakhir setelah berumur 18 tahun ke kawah gunung ini, bersedia kau menyanggupinya joko seger ?”
46.  Joko Seger : ampun,... Dewata Agung... Hamba mohon ampun... baik Dewata yang Agung hamba akan memenuhi syarat itu... terima kasih Dewata Agung.
Joko Seger turun dari puncak gunung dan langsung berlari menuju kediamannya dan memberi tahu kabar itu kepada Roro Anteng.
47.  Joko seger : dinda roro? Maafkan kang mas. Hal ini terjadi karena ulah kang mas yang tak mampu menjaga nikmat yang diberikan dewata agung, kita terlalu dimanjakan alam sehingga kita lupa untuk melestarikannya kembali. Kita terus memakai terus bergantung pada alam tapi tak pernah sedikitpun merawat dan melestarikan kembali.
48.  Roro anteng : (marah) ini semua ulang kang mas sendiri, rakyat disini melihat dan meniru kelakuan pemimpinnya. Kang mas suka memburu binatang yang sudah semakin sedikit jumlahnya, sering menebang pohon semaunya, tidak berusaha untuk menanamnya kembali agar ekosistem berjalan sebagai mana mestinya.
49.  Joko seger : tapi dinda juga terlibat pada masalah ini, sudah tahu aku bertindak seperti itu mengapa dinda tidak mengingatkannya padaku.
50.  Roro anteng : apa, apa kang mas bilang? Begitu itu kalau kerja kang mas tiap malam menonton tayup didesa sebelah, menari-nari dengan penari yang cantik-cantik, kupingnya sudah diketutup suara penyanyi itu, dan matanya itu sudah kemasukan bayangan penari-penari cantik-cantik itu?
51.  Joko seger : dinda ... ? beraninya kau berkata seperti itu kepadaku, aku ini suamimu?
52.  Roro anteng : kenapa? Kalau memang salah kenapa harus takut mengungkapkannya? Jangan pikir saya istri kang mas jadi aku harus diam saat suamiku berada di jalan kemaksiatan seperti itu? Kang mas masih ingat saat pertama kita menikah, ayah pernah berpesan kepadaku, bangunlah daerah ini dengan sebagaimana mestinya, jadikan rakyatnya sejahtera, dan lestarikan alamnya juga yang paling penting junjunglah budaya leluhur majapahit yang sesuai tata krama didalam ajaran agama.
53.  Joko seger : tapi dinda ....?
54.  Roro anteng : kenapa mesti menjawab tapi... apakah kang mas menyesal menikah denganku?
55.  Joko seger : tidak dinda, maafkan kelakuan suamimu ini? Maafkan kang mas tak mampu melestarikan nilai-nilai dan tata krama ajaran agama di daerah ini.

Tiba – tiba suara petir menggelegar, setting berbanti menjadi instalasi dalang.
Act 6
Setting kembali pada tempat dalang
56.  Dalang : joko seger dan roro anteng di karuniai anak sebanyak 25, Roro Anteng setiap tahunnya melahirkan 2 anak kembar, hingga akhirnya mereka melahirkan anak yang 25. Tahun-tahun berganti, anak-anak Roro Anteng dan Joko Seger tumbuh besar.. hingga anak yang terakhir sudah sampai umur 18 tahun.
Masuk beberapa anak Joko Seger dan Roro Anteng, mereka bernyanyi gembira bersama-sama, tak nampak sedikitpun kegelisahan diwajah mereka, tampak dibelakang mereka Roro Anteng dan Joko Seger melihat anak-anaknya dengan wajah lesuh pucat dan bersedih.. karena mengingat syarat joko seger kepada dewata. Kemudian semua keluar tinggallah anak ke 25 yang mereka beri nama Jaya Kusuma. Dan menghampiri kedua orangtuanya
57.  Jaya Kusuma : ayah – ibu, mengapa nampaknya wajah ayah dan ibu bersedih, ada apa gerangan yang membuat ayah dan ibu bersedih?
58.  Roro Anteng : tidak ada apa-apa le... sudah sana lanjutkan mainmu bersama saudara-saudaramu.
59.  Joko Seger : tidak dinda, kita harus memberitahunya, kalau tidak Dewata akan murka pada kita dan masyarakat tengger ini.
60.  Roro Anteng : tapi kang, aku tak tega, kalau Dewata akan murka, aku akan terus berduka selama aku hidup jika anak kita ini tahu, kan.
61.  Jaya Kusuma : ada apa ayah?  Ibu? Katakanlah?
62.  Joko Seger : anakku....
63.  Roro Anteng : kang ....
64.  Joko Seger : ada apa lagi dinda Roro Anteng
65.  Roro Anteng : tidak kang
66.  Joko Seger : aku harus mengatakannya
67.  Roro Anteng : kang
68.  Joko Seger : aduhhh ada apa sih.
69.  Roro Anteng : sebaiknya kita bersama-sama makan dulu, tuh liat jaya kusuma sudah lapar sejak pagi tadi dia bermain dengan kakak-kakaknya
70.  Joko Seger : oh iya dinda,  lagi pula aku sudah lapar.
Roro anteng dan yang lain beranjak ketempat makan, roro anteng mengambilkan beberapa makanan di dalam panggung, dibantu oleh beberapa crew panggung memasukkan beberapa hidangan ke dalam panggung.
71.  Roro anteng : nah ini anak-anakku merupakan kuliner khas turun temurun dari leluhur  kalian, kalian nanti harus juga melestarikannya. Seperti ini minuman beras kencur dan kunyit asam. Merupakan warisan kuliner yang diwariskan dari nenek-nenek ibunda, ibunda akan mewariskan kepada kalian juga dan kalian harus menjaga dan melestarikannya.
Mereka melahap habis makanan-makanan yang disediakan roro anteng, dan joko seger dan roro anteng lupa akan memberi tahu jaya kusuma. Mereka semua nampak mengantuk, nampak crew panggung mengambil makanan-makanan yang sudah selesai mereka nikmati.
72.  Jaya kusuma : ibu ternyata masakan khas budaya kita juga lezat sekali ya bu,,, tak kalah dengan masakan-masakan yang sekarang sudah serba instan itu bu.
73.  Roro anteng : iya dong ... siapa dulu yang masak...?
Semua  tertawa ... nampak bahagia dan mereka satu persatu masuk panggung karena sudah mengantuk. Tinggal joko seger yang sedang melamun. Tiba-tiba terdengar bisikan dari belakang panggung, joko seger terhentak mendengar bisikan itu, dan langsung bergegas mendaki kepuncak gunung.
74.  Dalang : Joko Seger ternyata bimbang, akan janjinya terhadap dewata agung, joko seger kemudian diberikan bisikan oleh dewata. Joko seger, rupanya kau akan ingkar janji kepadaku. Aku tidak akan biarkan semua itu terjadi. Jika besok kau tidak mengorbankan anak terakhirmu kekawah gunung ini, kau dan istrimu juga semua rakyat disini akan musna dilanda bencana yang maha dahsyat dariku.
75.  Joko seger : ampun dewata agung, hamba akan melaksanakan besok upacara pengorbanan anak hamba ke kawah gunung ini.
Joko segerpun lari terbirit-birit, keesokan harinya, joko seger memutuskan untuk memberitahu jaya kusuma, tapi roro anteng tidak berkenan jika jaya kusuma dikorbankan ke kawah gunung. Dan pertengkaranpun terjadi kembali.

76.  Roro Anteng : apa kang mas sudah yakin, dia sudah siap mendengarkan apa yang kang mas akan katakan ?
77.  Joko Seger : iya dinda, aku yakin
78.  Roro anteng : tapi aku tidak kang, aku begitu mencintai jaya kusuma, coba akang dulu mematuhi ajaran leluhur kita, pasti dewata tidak akan menghukum kita seperti ini.
79.  Joko seger : mengapa dinda mengungkit hal itu kembali?
80.  Roro anteng : tapi kang mas yang sudah menjadi penyebab masalah ini?
81.  Joko seger : iya tapi,
82.  Roro anteng : tapi apa kang, tapi kang mas sudah minta maaf,  itu semua tak cukup kang, kang mas tega jika jaya kusuma ini menjadi tumbal.
83.  Joko seger : sungguh tidak,
84.  Roro anteng : tidak salah lagi kan kang. kang mas  memang lelaki tidak punya hati dan naluri sebagai orang tua, aku benci padamu kang,  mengapa kau tidak menolak permintaan dewata agung?
85.  Joko seger : roro!!! (menampar roro) Cukup aku tidak ingin menamparmu?
86.  Roro anteng : tapi kang mas sudah menamparku?
87.  Joko seger : maafkan aku dinda, aku tak sengaja?
88.  Roro anteng : tak sengaja kok nampar...(menangis)
89.  Joko seger : iya maafkan kang masmu yang bodoh ini? Relakan jaya kusuma dinda, akupun tersayat-sayat jika harus melihat anak kita harus jadi tumbal seperti ini. Tapi aku mohon kepadamu? Demi kita dan masyarakat daerah ini. Mari kita bicarakan ini semua ke jaya kusuma.
90.  Roro anteng : baiklah kang, tapi aku minta kepadamu aku tidak akan bersamamu di bukit gunung untuk melempar anak kita ke kawah gunung.
91.  Joko seger : baiklah dinda.
Akhirnya joko seger dan roro anteng sudah memutuskan untuk menjadikan jaya kusuma menjadi tumbal kekawah gunung, mereka lalu memanggil jaya kusuma.
92.  Joko seger: (memanggil anaknya) anakku? Dulu sebelum kalian semua lahir, aku pergi ke,
93.  Roro Anteng : kang  to the point saja...
94.  Joko Seger : baiklah, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun, bagaimana le kau siap untuk kami korbankan?
95.  Jaya Kusuma : APAAAAAA? (Terkejut)
96.  Roro Anteng : tuh kan kang,  dia terkejut (menangis)
97.  Jaya Kusuma : (tertawa) tidak ibu, aku hanya ingin membuat dramatik adegan ini, tapi kenapa ibu,  aku tadi tidak begitu mendengarkan ayah berbicara, karena aku sedang melihat ada semut yang lagi jalan-jalan di kepala ayah, aku mau memotong pembicaraan ayah nanti aku dibilang kurang sopan lagi !
98.  Joko Seger : hmmm dasyaaaar anak nakal, begini ayah ulangi lagi, dengarkan baik-baik, aku dulu berjanji pada dewata akan mengorbankanmu ke kawah gunung bromo, setelah kau berumur 18 tahun, bagaimana apakah kau siap untuk kami korbankan le?
99.  Jaya Kusuma : (benar-benar terkejut) APAAAAA? (lalu pingsan)
100.       Roro Anteng : tuh kan kang dia pingsan.
Roro Anteng dan Joko Seger membangunkan Jaya Kusuma, dengan memberi nafas buatan, dan memukul-mukul pipinya lalu tidak lama Jaya Kusuma terbangun, sambil mereka bersimpuh.
101.   Jaya Kusuma : ayah – ibu, aku kenapa mesti aku, tetapi kalau benar-benar ini perintah sang Dewata Agung, aku ikhlas. Ayahanda, Ibunda tolong maafkan semua kesalahan – kesalahanku dan bahagiakan semua saudara-saudaraku jadikan mereka anak yang berbakti kepada orang tua dan taat beribadah dan suka merawat bumi tengger yang indah ini!
102.   Joko Seger & Roro Anteng : Anakku....  (menangis)
Kemudian dalang muncul dengan tempatnya... slide muncul setting kawah gunung bromo, dan setting masuk... joko seger menggendong Jaya Kusuma naik ke puncak gunung bromo bersama Roro Anteng dibelakangnya... musik sedih mengalun musik ini sejenis musik tarawangsa, menggunakan biola orang jawa, menyayat mengalun, kemudian Dalang ...
103.   Dalang : karena kerelaan dan keikhlasan si Jaya Kusuma, sang Dewata Agung mendengar peristiwa ini kemudian turun kebumi dan berkata “Hai Joko Seger dan Roro Anteng” aku sangat menghargai keikhlasanmu dan pengorbananmu terutama kau Jaya Kusuma, maka dari itu, kau gantikan korban itu, aku tidak akan menerima jika Jaya Kusuma sebagai korbannya, kau gantikan dia dengan hasil bumi dan hasil ternak yang kau punya, korbankan dan berikan kepada yang membutuhkan, kepada orang-orang miskin, ingatlah 2,5% dari hartamu adalah milik fakir miskin dan anak-anak terlantar. Maka kau peringati hari ini setiap tahunnya sebagai hari untuk berkorban untuk menyempurnakan ibadahmu kepadaku”
Joko Seger dan Roro Anteng tidak jadi mengorbankan anaknya, nampak beberapa orang masuk menarikan sebuah simbolisasi jika kita semua harus berkorban dan beramal, mereka membawa hasil-hasil buminya, sayur-sayur dan ternak ternak untuk di korbankan.,... slide muncul keindahan, kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat tengger... lampu perlahan meredup dan selesai pertunjukan.
SELESAI

Probolinggo, 21 maret 2014
Diadaptasi Dari Cerita Rakyat Legenda Roro Anteng Dan Joko Seger