PUTRIKU,
PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
oleh : Ary Wib
Ide kreatif
Baik
ini sudah cukup, sudah lama sekali aku diam untuk tak berkata-kata lagi, cukup
sudah menanggung gelisah yang selama ini terpendam. Kisah ini hanya replika
dari secuil cerita yang terjadi di masyarakat yang sekarang semakin menjemukan
untuk diceritakan. Masih saja kali ini kita akan membicarakan tentang budaya,
yang selalu menjadi topik perbincangan yang tak pernah ada hentinya. Negara ini
usai sudah melaksanakan pesta demokrasi, budaya saling menggunjing dan buda sok
politis dan puitis juga bijak sudah usai. Dunia juga usai melaksanakan pesta
perdamaian dengan wujud liga dunia dalam bidang sepak bola, budaya taruhan,
budaya tebak skor dan budaya kaos club negara sudah usai. Inilah Indonesia
negara beraneka ragam budaya, berbagai suku dan bangsa hanya mampu dipengaruhi
oleh satu budaya nasional maupun global (mendunia). Itulah manusia yang selalu
penasaran dengan hal yang selalu menjadi trend dan hangat diperbincangkan di
media. Banyak faktor yang mampu mempengaruhi itu, banyak kisah yang akan
menjadi melow jika ceritanya dibuat menyayat. Akan tetapi naskah ini tidak akan
membicarakan tentang kisah lebay dimana kita sebagai bangsa indonesia sudah
terkikis akar budayanya, sudah termakan dengan monster globalisasi, sudah
menjadi manusia pelagiat kelas kakap, menjadi yang teraniaya dan menganiyaya
diri sendiri oleh suguhan yang gemerlap dan penuh retorika yang menjanjikan.
Suatu
ketika dimana kebudayaan memang benar sudah menjadi barang dagangan semua akan
teriak, jangan...! pencuri...! tukang serobot...! kurang ajar...!. inilah
keadaan bangsa yang kita cintai, berhari hari memberikan sebuah janji, janji
perubahan besar sebuah revolusi demi majunya bangsa yang besar ini. Begitupun
pendidikan hanya menjadi kedok akan perbaikan moralitas anak didik, faktanya
pendidikan tak ubahnya barang dagangan yang diperjual belikan di kantor-kantor
pejabat tinggi bahkan di sekolah. Pendidikan yang bertujuan perbaikan moral dan
etika anak didik hanya menjadi kajian klise yang ujungnya berorientasi
finansial, kita dapat melihat prakteknya dari seorang guru dikirim pelatihan
untuk kurikulum baru atau metode mengajar anak didik hanya berorientasi pada
uang saku yang diberikan dan sertifikat hasil pelatihan tersebut, hasilnya Nol
(0) tak mendapatkan apa-apa, itu tak bisa di pungkiri lagi.
Permasalahan
disini bukan di dunia pendidikannya, tapi manusianya yang sudah mengarah ke
sifat matrealistik, karena pengaruh kapitalisme yang memaksakan manusia tidak
mampu berdikari dan terkikisnya rasa kemanusian. Manusia indonesia adalah
manusia yang mudah dipengaruhi, apalagi tentang budaya, ini dapat kita lihat
dari sejarah bangsa besar ini, dari semula yang berbudaya animisme dan
dinamisme menjadi budaya hindu budha menjadi budaya islam dan sekarang budaya
tanpa identitas mencampurkan semua pengaruh dan merasa bangga jika menjadi
manusia dengan budaya bangsa lain, bangga dengan budaya modern dan
matrealistik.
Pertunjukan
ini akan mengangkat sebuah fenomena yang terjadi belakangan ini, perubahan dan
perkembangan zaman yang begitu pesat merubah pola pikir anak didik menjadi
gundah tak memiliki pijakan kuat bagaimana menyikapi perubahan dan perpindahan
itu. Kita tak akan pernah mampu membuat anak didik cinta kepada budaya bangsa
Inidonesia karena banyak anak didik yang tak mengerti bagaimana cara menyikapi
pengaruh budaya luar sedangkan ia harus mencintai budaya bangsanya sendiri.
Pengaruh budaya luar terus terjadi tak akan pernah berhenti yang harus
ditekankan disini adalah jangan sampai pengaruh budaya luar menjadikan anak
didik menjadi manusia yang tak bermoral dan tak bermartabat.
PUTRIKU,
PUTRIMU, PUTRI KITA SEMUA
Oleh
: Ary Wib
Panggung
prosenium dengan setting depan rumah tiga siswa yang sedang merayakan hari
kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama, setting tersebut adalah perumpamaan
rumah tampak depan saja. Beberapa aktor yang memerankan sebagai siswa SMP
sedang merayakan kelulusannya. Mereka bersuka cita bernyanyi menari.
1.
Putri : bahagia karena kelulusannya, teman-teman
setelah ini kita ngapain?
2.
Ayu : ngapain
ya?
3.
Dina : ya cari
sekolah lah yang cocok untuk kita,
4.
Putri : tertawa iya juga ya, tapi bukan itu
maksudku. Sebentar lagi ini kita ngapain?
5. Dina
: oh ...
6.
Ayu : ngapain
aja yang penting senang –senang dulu, lalu kita sama-sama berpikir kita akan
masuk sekolah mana?
7.
Dina : oh ...
8.
Putri : ah oh ah
oh... ayo kita akan kemana ini? Main dimana? Apa kita pulang saja memberi tahu
ibu kelulusan kita ini?
9.
Dina : lah itu,
pilihan yang kedua saja, kita kan belum memberi tahu kabar gembira ini pada
orang tua kita.
10.
Ayu : ah kamu
ini, mak mak an banget seh...!
11.
Putri : iya
lebih baik kita beritahu ibu kita dulu, lalu jam satu kita berkumpul lagi
disini, bagaimana oke?
12.
Indah : sebentar
teman-teman, sepertinya kita mesti berbicara dulu deh,
13.
Ayu : apa lagi
seh... iya nanti saja ngomongnya, kita beri tahu mak kita dulu, mereka pasti
menunggu kabar dari kita.
14.
Indah : aku
takut kalian setelah ini bakal berubah kepadaku, melupakan persahabatan kita,
setelah nanti kita dapat teman-teman baru disekolah.
15.
Ayu : aduhhh, cabe
deh... kamu ini lebbay .. sudah deh, walau kamu sedikit cupu kami tetap akan
jadi temanmu kok.
16. Indah
: benar kah? Senang
17.
Putri : iya
ndah, tenang saja, memang kenapa sih kamu berpikir seperti itu?
18.
Indah : aku tu
bakal disekolahin di kota sama bapakku, di kraksaan kata bapak itu
menghawatirkan.
19.
Dina : apanya
yang menghawatirkan
20.
Ayu : ah bapakmu
itu sotoy, sudahlah sekolah dimana saja sama, yang penting kamu tetap tinggal
disini kan?
21.
Indah : itu
masalahnya, aku juga harus pindah, bapak di pindah tugas di daerah kota. Jadi
aku mesti ikut aku kan hanya tinggal dengan bapak
22.
Putri : sudah,
kan masih bisa behubungan, lah sekarang kan ada hp, fesbuk, bb ,dll, masa kamu
nggak ngerti?
23.
Indah : iya tapi
beda..
24.
Dina : berarti
kamu seminggu sekali harus berkunjung kesini, atau kami yang berkunjung kesana.
25.
Ayu : lah itu
ide bagus, sekalian kan kita bisa pindah tempat nongkrong, nggak disini melulu?
26.
Putri : nah kan
sudah ada solusinya nih, bagaimana kalau kita pulang kerumah masing-masing
dulu, ingat jam satu kita berkumpul lagi. Kita lanjutkan kegembiraaan ini
dengan jalan-jalan ? setuju?
27.
Semua : oke...
Mereka semua masuk kerumah masing – masing
nampak indah masih diam, termenung sambil membacakan sesuatu di buku diary yang
dia pegang sejak tadi.
Telah
kutuliskan janjiku
Bersama
ketiga sahabatku
Ketika
semua sudah berubah
Zaman
semakin tak terarah
Ketika
perubahan menjadi hantu yang menakutkan
Ketika
perpindahanmenjadi sebuah keharusan
Kita
terjang bersama –sama hadapi dengan hati lapang
Hadapi
dengan bijaksana
Ini
janji kita, disaksikan langit dan bumi yang kita pijak
Semoga
tuhan memberi kemudahan untuk kita menggapai cita
Tiba-tiba
datang beberapa orang, berpakaian rapi, mengenakan jas, dan beberapa orang lagi
seperti seorang kontraktor sedang meninjau sebuah wilayah nampaknya akan
dijadikan sebuah pusat perkotaan di daerah.
Indah diam-diam mendengarkan percakan mereka.
28.
Joko :
sebenarnya daerah ini masih kurang representatif untuk dijadikan pertokoaan.
Masyarakatnya masih kaku, saya khawatir jika dipaksakan akan timbul respon
negatif dari masyarakat.
29.
Harto : yah..
itu sudah saya perkirakan, setidaknya sebelum kita melakukan pembangunan, harus
ada komunikasi kepada pihak terkait, bisa dari pejabat daerah atau tokoh-tokoh
masyarakat daerah ini.
30.
Joko : rencana
saya di sini akan didirikan pusat perbelanjaan dan cafe.
31.
Harto : bukannya
disekitar daerah ini ada sekolah, pasti muncul protes dari masyarakat kalau
tempat ini dijadikan tempat seperti itu.
32.
Joko : itu mudah
saja, yang pertama kita buat pusat pertokoan yang mendukung dan berperan
penting akan keberadaan sekolah. Seperti toko buku, warnet dan foto copy.
Setelah itu baru kita buat swalayan termegah di kota ini, lalu cafe-cafe dan
setelah itu kita jadikan rumah – rumah masyarakat dengan perumahan-perumahan,
ini akan menimimalisir respon negatif dari masyarakat, karena kita akan
memberikan harga termurah untuk masyarakat sekitar.
33.
Harto : baiklah
segera bapak laksanakan rencana ini, proposal pembangunannya kan sudah
ditandatangani oleh bupati, jadi bapak atur jadwal untuk mensosialisasikan
rencana ini kepada masyarakat sekitar.
Tiba-tiba
indah menghampiri kedua orang tersebut, nampaknya indah kurang begitu suka atas
rencana yang dibicarakan kedua orang tersebut.
34.
Indah : maaf
pak, bukannya saya ingin ikut campur masalah bapak.
35.
Joko : apanya
masalah, ini sebuah projek besar dik
36.
Indah : tapi
pak,
37.
Joko : sudah
kamu nggak usah khawatir, kotamu ini akan menjadi kota yang menyenangkan. Penuh
dengan hiburan-hiburan yang akan kamu sukai.
38.
Indah : tapi
pembangunan tempat yang bapak-bapak tadi bicarakan akan memberikan pengaruh
tidak baik kepada saya dan teman-teman, terutama yang masih pelajar di daerah
ini. Bagaimana nasib generasi muda sekarang jika selalu dicekoki dengan hal-hal
berbau glamour seperti itu pak.
39.
Joko : sudah
kamu tahu apa tentang ini, kamu masih muda belajar yang rajin, berikan orang
tuamu nilai terbaik, nilai 9 – 10 -11 atau bahkan 1000, tertawa.mari pak sebaiknya kita mengkondisikan para pekerja akan
kesiapannya melaksanakan pembangunan.
40. Mereka berdua
pergi, tinggallah indah yang masih khawatir akan pembangunan didaerahnya.
41.
Indah : saya
tahu, tempat-tempat itu akan menimbulkan pengaruh buruk kepada kita semua, kita
belum mampu berpikir bijak dalam menyikapi modernisasi yang semakin pesat
perkembangannya.
Dari
belakang muncul ibu-ibu salah satu ibu tersebut adalah tante dari indah
42.
Tante indah :
loh ndah kok masih disini, kamu dari tadi ditunggu bapakmu, dia sedang
berkemas, katanya kamu akan pindah ke kota kan, segera kamu pulang bantu
ayahmu.
43.
Indah : tapi
tan,
44.
Tante indah :
kenapa?
45.
Indah : tadi
saya bertemu dengan dua orang yang nampaknya akan membangun sebuah pusat
pertokoaan disini, rumah-rumah dan perkampuangan ini akan hilang tan,
46.
Tante indah :
aduhhh, ya biarkan saja to... bukan
urusan kita juga ...
47.
Indah : tante
ini bagaimana, rumah tante dan masyarakat akan digusur dan dijadikan perumahan.
48.
Tante indah :
loh –loh gak bisa begitu
49.
Indah : nggak
bisa bagaimana tan, tadi saya dengar proposalnya sudah ditandatangani oleh
bupati.
50.
Tante indah :
berarti kita, nggak boleh tinggal diam ini, kita mesti kerahkan semua warga
untuk demo, protes, memang kapan mereka akan melaksanakan rencannya itu.
51.
Indah : mungkin
besok tan, mereka sekarang sedang bersiap-siap tan.
52.
Tante indah :
loh-loh mari ibu-ibu kita berkumpul nggosip eh kumpulkan para ibu-ibu dan
bapak-bapak beritahukan berita ini, kita harus bertindak.
53.
Indah : tante
aku ikut..
54.
Tante indah :
sudah kamu disini saja, eh maksud saya kamu pulang bantu bapakmu, biarkan
maslah ini tante yang atasi.
Ibu-ibu
dan indah keluar panggung, masuk beberapa pekerja dan dua orang tadi untuk
merealisasikan rencananya, adegan ini di lakukan dengan membuat sebuah
teatrikal yang menyimbolkan pembangunan, setting belakan berubah, orang
belakang panggung membalik setting yang dibelakangnya sudah ada setting setting
pengggambaran pertokoan yang akan dibangun oleh para pekerja. Para pekerja
menari dan menyanyi
Bergerak
kita bergerak
Membangun
kita membangun
Hancurkan
kita hancurkan
Jadikan
tempat yang berkwalitas
Jadikan
tempat hiburan
Pasti
semua senang
Dari
samping panggung para warga melakukan demo, mereka tidak terima akan
pembangunan yang akan dilaksan. Para warga protes dengan melakukan tarian dan
menyanyi.
Kita
protes
Kami
protes
Semua
warga protes
Janggan
sampai ada penggusuran
Jangan
sampai pembangunan ini merugikan
Kampung
ini punya sejarah
Jangan
hancurkan begitu saja
Terjadi
percekcokan, antara warga dengan para pekerja dan dua orang itu, pertengakaran
berlangsung, hingga akhirnya joko membuka tas kopernya yang berisi uang, dan
membagi-bagikannya kepada semua warga.
Joko : ibu-ibu bapak-bapak sudah-sudah,
nanti rumah –rumah bapak dan ibu sekalian akan menjadi perumahan yang megah,
dan ini uang ganti rugi kami. Jika masih kurang besok kami tambah lagi.
Semua warga : Nah... kalau begini, kami
tidak mungkin menolak...
Semua
warga senang gembira, mereka akhirnya mendukung pembangunan yang akan
dilakukan. Mereka bernyanyi dan menari bersama-sama.
Bergerak
kita bergerak
Membangun
kita membangun
Hancurkan
kita hancurkan
Jadikan
tempat yang berkwalitas
Jadikan
tempat hiburan
Pasti
semua senang
Pembanguna
pun berlangsung hingga terjadilah pusat pertokoaan, beberapa kerumunan remaja
hilir mudik masuk tempat perbelanjaan, cafe dan sarana hiburan yang lain,
setting dibelakan adalah warnet , swalayan dan cafe, nampak ayu, dina dan putri
keluar dari tiga tempat tersebut, mereka sudah sma, masih mengenakan seragam.
Mereka saling bertemu dan terjadilah percakapan.
55.
Ayu : aduhh,
tahu nggak teman-teman, tadi aku kencan dengan dua cowok sekaligus lho, di kafe
ini. Mereka keren, gayanya maskulin, macho lagi.
56.
Dina : kalau aku
sudah punya koleksi terbaru, memang artis korea itu kereen lo...
57.
Putri : hmmm,
coba kalian lihat apa yang aku bawa ini, aku tadi shopping, dan yang paling
penting semua ini yang membelikan cowokku lho... memang aku ini cantik
membahenol, jadi semua cowok pasti gampang terkena bujuk rayuanku.
58.
Ayu : eh si cupu
indah nggak pulang ya... mungkin nggak sih dia sudah menjadi cewek cabe-cabean?
59.
Dina : adanya
kita yang cabe-cabean....
Semua
tertawa, tiba-tiba dari samping panggung, terdengar orang memanggil, sepertinya
itu adalah suara ibu-ibu ketiga anak tersebut, mereka marah karena menerima
surat panggilan dari sekolah, ibu dari ayu marah karena mendapat panggilan
kasus ayu yang kepergok pacaran beberapa kali disekolah, ibu dari putri marah
karena putri ketahuan memalak temannya, dan sering menipu temannya dan yang
lebih parah putri ketahuan mencuri handphone temannya disekolah, sedangkan ibu
dari dina mendapat panggilan kasus menyimpan video dewasa, video yang tak layak
ditonton. Ketiga ibu marah, sebelum ibu mereka datang mereka telah lari
terlebih dahulu, ibu-ibu mereka berkumpul ditengah panggung, menangis, saling
berpelukan menyadari jika selama ini mereka kurang memperhatikan putri-putrinya.
Salah
satu dari ibu –ibu tersebut berpuisi
Terbayarlah
sudah semua,
Apakah
ini yang harus diterima
Ketika
kita lupa akan pendidikan anak
Ketika
kita berada dalam kesenangan sendiri
Melupakan
putra-putri kita
Perubahan
dan perpindahan zaman itu memang menyakitkan
Tetapi
haruskah semua hanyut terlena didalamnya.
Dari
belakang panggung muncul indah, dia berusaha menenangkan ketiga ibu yang
menangis tersebut, dan dari tasnya dikeluarkan beberapa buku diberikan kepada
ke ibu-ibu tadi
60.
Indah : kita
mesti belajar bu, tak mungkin mampu menyikapi perubahan dan perpindahan zaman
ini jika kita enggan membaca jati diri bangsa kita sendiri.
Selesai
Kraksaan, 4 Agustus 2014