Kamis, 14 Februari 2013

PUISI KIRDJOMULYO



Kirdjomuljo
 ANGIN PAGI
 III
Yang pertama kupunya
dan terakhir kulepaskan
adalah kemerdekaan
Kemerdekaan yang lahir semacam alam
bersayap semacam burung
basah dengan cinta semacam pagi
Mengatasi segala apa pun
bagaimana juga permintaannya
atau pun dibunuhnya aku
Inilah milikku yang pertama-tama
 IV
Yang pertama kucintai
dan akhirnya kukatakan
adalah kebenaran
Kebenaran yang lahir dari arti
mengalir dan melekat pada alam
dan hati
Kebenaran yang memberi sesuatu
dan mencerminkan
alam, cinta dan manusia
Karena ia adalah semacam permata


Juni Purnama
Jauh sudah aku menguatkan hatiku
Mempertahankan bunga-bunga mekar dimataku
Menyanyikan ombak berkejaran
Bicara dan bertahan diantara mereka dilembah
Jauh aku memahami tatapan sejarah
Mempertahankan langkah yang kumulai bersama
Bemafas bersama kehidupan nafas mereka dilembah
Meyakinkan langkah-langkah kebangsaan

Tetapi detik ini aku menyerah
Terbang tanah hati yang kupertahankan
Ia baru mencapai usia menjelang satu musim
Senyumnya belum tersampaikan demikian jauh
Tetapi telah sampai kepadaku
Ia bukan mata air dari sebait puisi
Tetapi detik ini tak bisa kubertahan menyebutnya
Dan jauh dari segala itu
Aku mengaku. Ingin segera bersua






PENGGALI BATU KAPUR

Beginilah ia berjanji
dengan irama guyur batu
hingga ladang berderak
burung-burung merendah
merasa betapa berat langit
betapa berat hati
angin menggantungi sayap
kabut meradangi arah

Entah ia melepas dera
entah bertahan dari derik
atau tertantang keras batu
nyanyinya sederas getar derita
langsung mengenai dasar
darahku memutih
tulang menyusut
- Hula hule hula ho oo
hula hule hula oo

Begitu berat melepas
sekejap datang sekejap hilang
ditiupkan arah angin
matanya pudar hijau kapur
dahinya hitam-hitam batu
peluhnya deras putih letih
jejak makin dalam
lagunya makin memanjang
hilang lepas-lepas

Ketika satu berhenti mengayun
ia memandang padaku
bersenyum, senyum ladang
bertanya dengan suara bukit
- tuan heran memandang kami
kami lahir di tanah kapur
anakku empat, anakku putih
mata ayah hidung ibu
gelaknya melepas angin

- Aku terharu bapa
seluruh umur di tanah kapur
kulit bapa hitam batu
mata bapa jernih kapur
cinta berlebih, dari yang lain
hati bapa hati belerang
cinta alam sekeras bintang
tak pernah kujumpakan di manapun

- Begitu bercinta umur
tapi jangan tuan terlalu lama
memandang kami
jangan menerima seperti kami
sebelah utara ada laut
sebelah selatan ada pantai
kalau kami tak berjanji
pada diri dan kebun halaman
sudah bukan lagi penggali kapur

Salam tuan
marilah turut menyanyikan
akan tuan rasa nanti
getar apa tersimpan di hati
getar di hati kami
-
hula hulee hula ho oo
hula hulee hula ho oo
getar dalam hitam malam
getar jauh biru laut

DEWA BUMI



DEWA BUMI
Karya : Ary Wibowo

Saat bumi sudah mulai tak nyaman lagi dihuni, sejak bencana-bencana datang menerpa bumi yang semakin tua itu, muncullah ee... hm ya kita sebut saja dia dewa.... ya.. dewa bumi. Karena ini merupakan lakon fiktif dalam drama-drama yang biasa ditanyangkan di panggung teater.

Adegan 1
1.      Dewa : (berkata dengan sungguh-sungguh) hm hm, sungguh terpaksa aku turun kebumi, tidak biasanya aku datang dengan resmi seperti ini kebumi, biasanya dikhayangan sana, aku adalah dewa yang pemalas, enggan memikirkan keadaan bumi, ya walaupun aku adalah pengurus resmi keberadaan bumi di jagat raya ini. Biasa... aku kan bangsawan. setidaknya aku mencontoh bangsawan-bangsawan yang ada dibumi, dimana antara kerja dan malas lebih banyak malasnya.. yah begitulah, jika berkuasa, jika tidak yah gak seperti itu... Baik to the point saja, sudah cukup basa-basiku. Kedatanganku kemari karena mendapat tugas untuk melihat kondisi bumi lebih dekat. Aku ingin tahu siapa penyebab bencana-bencana yang terjadi belakangan ini. (teringat) Oh ya ... sebelum kesana kita lihat dulu sepintas keadaan bumi yang dahulu kala, saat masih asri dan indah. (memanggil operator) Hey operator tayangkan keadaan bumi yang masih asri.. (operator tidak merespon kemudian kepada penonton, mengeluh) wah begini ini kalau bekerja dengan orang yang tidak profesional. Harusnya, sebelum aku memerintah mereka sudah tanggap.. (kesal karena cukup lama menunggu) eh belum ditayangkan juga... (kepada operator) hey operator,,,, segera tayangkan...!
2.      Operator : (masuk) he e tuan baik saya kerjakan ...
3.      Dewa : bagus ... sana cepat...!

Slide menyala gambar bergerak keasrian bumi keindahan bumi, menggambarkan bumi adalah planet yang layak dihuni. Musik mengalun indah... mendukung tanyangan slide.
Setelah beberapa menit dewa ingat sesuatu.

4.      Dewa : (kepada operator) hey operator pause dulu sebentar
5.      Operator : kenapa sih tuan kan sudah jalan videonya..
6.      Dewa : hmmm kamu ini... sudah pause saja gak usah banyak cing cong
7.      Operator : ciiuuuss ni...
8.      Dewa : iya ciusss ....
9.      Operator : miiyapa....
10.  Dewa : mie ayam... sudah sudah... sana kerjakan keburu habis nanti tayangannya...
11.  Operator : baik-baik ...!
12.  Dewa: (kepada penonton) monoton yah... jika hanya tanyangan ini saja... eee,,, (berpikir) oh ya bagaimana kalau membaca puisi juga.... oke-oke...? (kepada pemusik) heh pemusik ambilkan puisi-puisi itu di dekat kursiku di dalam..
13.  Pemusik : baik tuan ....

Pemusik mengambil puisi

14.  Pemusik : (masuk Panggung) Ini tuan ...
15.  Dewa : baik terima kasih yah...
16.  Dewa : (kepada penonton) baik ini ada beberapa puisi siapa yang ingin membacakannya disini? ...

Setelah ada beberapa penonton yang maju ke depan , tapi sang dewa hanya memilih dua orang untuk membacakan puisi-puisi itu...

17.  Dewa : lah yah itu sip kalian... (penonton maju kepanggung) baik kau yang membaca terlebih dahulu lalu kau yah...
18.  Dewa : (kepada operator) baik operator lanjut videonya...
19.  Operator : siap tuan....

Saat tanyangan slide dan musik sudah berjalan penonton yang terpilih mulai membacakan puisi tersebut. Sampai selesai hingga penonton itu kembali ketempat duduknya.

20.  Dewa : terima kasih ya... anyong paseong....!! arasso / mator skelangkong...

Adegan 2
21.  Dewa : itulah keadaan bumi dimasa lalu, sungguh sangat berbeda dengan bumi sekarang, kalau sekarang bumi sudah tak lebih dari penjara, membuat pengghuninya sungguh tidak nyaman. Banyak terjadi banjir, gunung-gunung mulai batuk-batuk, lapisan ozon mulai terbakar dan bolong besar dilapisan bumi tersebut, ditambah lagi hama ulat bulu sudah sampai kedaerah ini, wah wah sunggung mengerikan iklim sekarang ini. Oh ya sebentar (mengambil hp di balik jasnya) nah ini dia kabar terbaru akan terjadi pemadaman matahari karena matahari sudah lelah bekerja, yang bahaya lagi adalah badai matahari,,,
Huh benar-benar mengerikan (memasukkan hp), oh ya kemarin katanya longsor... di daerah mana itu ya... emmm haahhh pokoknya mengerikan... nah itu semua yang membuatku datang, aku ingin tahu sebab semua itu, walaupun masih banyak lagi yang terjadi disana...




Adegan 3
Tiba-tiba hp dewa berbunyi, nampaknya ada telfon dari pemerhati kelestarian alam yaitu menteri kehutanan ZULKIFLI HASAN.

22.  Dewa : telfon dari siapa ini, menggangkuku saja saat aku sedang bermain teater. (mengangkat telfon) Halllo hallo... siapa ini, apa zulkifli hasan... (kepada penonton) Zulkifli hasan.. tau siapa dia? ... (tidak ada respon) Mangkanya update biar gak down greatt getohhh... huh dia itu menteri kehutanan tau.. (kembali ketelfon) iya pak ada apa ya... apa, ingin memberitahu penyebab dari bumi yang sekarang... iya pak kenapa ya pak (kepada penonton) kok bisa tau ya .... hebat betul orang ini, benar-benar update. (kembali ke telfon) iya pak terus... apa akan dikirim lewat email .. (kepada penonton) benar-benar update (kembali ketelfon) iya pak ini email saya www.wwegombel.com, terima kasih pak, sampai jumpa lagi...(menutup telfon) baik kubuka dulu emailku...  downloads.... (kepada operator) hey... operator ini coba tayangkan..  video ini...!
23.  Operator : baik tuan....!

Ditanyangkan video tingkah laku manusia yang tidak menjaga kelestarian alam. Musik menyayat mengalun... Dewa dan beberapa crew panggung menangis melihat video tersebut.

24.  Dewa : aku sudah tidak bisa berkata-kata dan tidak bisa bilang woow ... haduh ini benar-benar membuatku galau tingkat dewa..
25.  Operator : sabar pak ... santai... seperti di pantai ... slow... seperti di pulau....
26.  Dewa : santai-santai ... kondisi seperti ini kau bilang santai... bencana besar sudah didepan mata,.,,, haduh,,,, bagaimana ini...

Tiba-tiba muncul suara ledakan besar... sangat keras dan muncul slide tayangan letusan gunung, lalu banjir, tsunami, tanah longsor dan gempa bumi....

27.  Dewa : hahhh sudah datang ... tolong-tolong ... aku benar benar galau... tolong... ampun.... ampun...
28.  Operator: tuan... tuan... ada apa ini... tuan
29.  Dewa : dasar bodoh ... ini bencana tolol... segera sembunyi... ayo kita pergi ke planet mars, bangsa amerika sudah menyiapkan pesawat luar angkasa besar yang dipesiapkan untuk megungsikan masyarakatnya ke planet mars.... ayo sembunyi di kolong bawah tanah... sepertinya jepang sudah mempersiapkan kota bawah tanah untuk menghindari dari bencana... (tiba-tiba berteriak dan pingsan) argggggggghhhhh...

Belum sempat pergi dewa sudah pingsan karena bencana yang dahsyat yang terjadi di bumi.... setelah beberapa saat semua bencana itu usai... suana menjadi hening ....

Adegan 4
Suasana hening, operator terbangun dan dewa masih pingsan

30.  Operator : (sambil tertatih-tatih menuju sang dewa, membangunkan dari pingsannya dan membawanya kekursi) tuan-tuan bangun... bencana sudah usai...
31.  Dewa : sudah berakhir ... astaga... apa yang terjadi tadi .... hey operator sepertinya kita harus berdoa... mari kita berdoa.

(song of lakon ZERO “Putu Wijaya”)
Wahai engkau yang ada disana
Maafkan kami yang sudah lalai
Dosa kami mendera bumi
Masih adakah sekali lagi
kesempatan memperbaiki
perilaku jahat kami
kalau boleh sekali lagi
kami berjanji
tidak akan mengulangi
merusak kelestarian bumi.

32.  Dewa : semoga yang disana mendengarkan do a kita semua...
33.  Operator : iya tuan....

Adegan 5
Tiba- tiba suasana sekitar menjadi panas, rupanya ozon sudah membesar dan matahari jatuh dari tangkainya, panasnya bukan main... slide matahari, badai matahri muncul..

34.  Dewa : ada apa ini... kenapa suhu disini panas sekali..
35.  Operator : lihat tuan... lihat kelangit... rupanya ozon membesar ....
36.  Dewa : wah rupanya matahari mulai marah, matahari sudah jatuh dari tangkainya.. menyemburkan api dan matahari meletuskan lidahnya... semua itu akan mengakibatkan radiasi yang sangat hebat, akan merubah iklim menjadi panas dalam seketika, curah hujan menjadi tidak menentu dan naik dengan seketika. Sebentar panas sebentar hujan dan panas lagi... akan terjadi iklim seperti itu.... (kepada crew) heh operator dan semua crew.... segera kalian lakukan reboisasi.... ambil bibit pohon kemudian tancapkan... setidaknya kita harus membuat matahari tersenyum... ayo cepat... cepat..

Kemudian segenap crew menancapkan pohon dipangung. Tetapi keadaan tidak berubah slide tayangan matahari itu masih berjalan.
Kemudian dewa mengajak penonton untuk menancapkan pohon yang ada disekitar gedung pertunjukan untuk ditancapkan dipanggung. Dibantu beberapa crew untuk mengarahkan penonton.
37.  Dewa : keadaan tidak berubah sepertinya butuh banyak pohon untuk membuat matahari tersenyum. Hey para penonton mari kita bersama-sama tancapkan pohon-pohon di sini, agar matahari yang menyinari bumi bertahun-tahun bisa tersenyum kembali... lakukan reboisasi masall... jangan sampai penjahat-penjahat hutan melukai hutan ini. Jaga dan lestarikan alam ini .... jaga dan lestarikan alam ini....

Setelah semua pohon diletakkan dipanggung.. keadaan berubah matahari mulai tersenyum slide tanyangan matahari marah berubah menjadi tayangan kelestarian alam yang benar-benar lestari. Dan hp sang dewa berbunyi...

38.  Dewa : (mengangkat hp) Hallo dari siapa ya..... hah Zulkifli Hasan.... iya pak ... apa pak...? ingin mengucapkan terima kasih... untuk apa pak... karena saya sudah menjaga kelestarian alam...! hallo hallo pak hallo......!

Pertunjukan selesai lampu mati musik mengalun suasana bahagia..... tapi bayang-bayang bencana masih ada jika kita tidak benar-benar menjaga kelestarian hutan...

Selesai / the end
                                                                                   

            Jember, 10 Januari 2013,
                                                                        Ide cerita dari naskah Zero Karya putu wijaya
Oleh Ary Wibowo