Kirdjomuljo
ANGIN PAGI
III
Yang
pertama kupunya
dan
terakhir kulepaskan
adalah
kemerdekaan
Kemerdekaan
yang lahir semacam alam
bersayap
semacam burung
basah
dengan cinta semacam pagi
Mengatasi
segala apa pun
bagaimana
juga permintaannya
atau
pun dibunuhnya aku
Inilah
milikku yang pertama-tama
IV
Yang
pertama kucintai
dan
akhirnya kukatakan
adalah
kebenaran
Kebenaran
yang lahir dari arti
mengalir
dan melekat pada alam
dan
hati
Kebenaran
yang memberi sesuatu
dan
mencerminkan
alam,
cinta dan manusia
Karena
ia adalah semacam permata
Juni
Purnama
Jauh
sudah aku menguatkan hatiku
Mempertahankan
bunga-bunga mekar dimataku
Menyanyikan
ombak berkejaran
Bicara
dan bertahan diantara mereka dilembah
Jauh
aku memahami tatapan sejarah
Mempertahankan
langkah yang kumulai bersama
Bemafas
bersama kehidupan nafas mereka dilembah
Meyakinkan
langkah-langkah kebangsaan
Tetapi
detik ini aku menyerah
Terbang
tanah hati yang kupertahankan
Ia
baru mencapai usia menjelang satu musim
Senyumnya
belum tersampaikan demikian jauh
Tetapi
telah sampai kepadaku
Ia
bukan mata air dari sebait puisi
Tetapi
detik ini tak bisa kubertahan menyebutnya
Dan
jauh dari segala itu
Aku
mengaku. Ingin segera bersua
PENGGALI
BATU KAPUR
Beginilah
ia berjanji
dengan
irama guyur batu
hingga
ladang berderak
burung-burung
merendah
merasa
betapa berat langit
betapa
berat hati
angin
menggantungi sayap
kabut
meradangi arah
Entah
ia melepas dera
entah
bertahan dari derik
atau
tertantang keras batu
nyanyinya
sederas getar derita
langsung
mengenai dasar
darahku
memutih
tulang
menyusut
-
Hula hule hula ho oo
hula
hule hula oo
Begitu
berat melepas
sekejap
datang sekejap hilang
ditiupkan
arah angin
matanya
pudar hijau kapur
dahinya
hitam-hitam batu
peluhnya
deras putih letih
jejak
makin dalam
lagunya
makin memanjang
hilang
lepas-lepas
Ketika
satu berhenti mengayun
ia
memandang padaku
bersenyum,
senyum ladang
bertanya
dengan suara bukit
-
tuan heran memandang kami
kami
lahir di tanah kapur
anakku
empat, anakku putih
mata
ayah hidung ibu
gelaknya
melepas angin
-
Aku terharu bapa
seluruh
umur di tanah kapur
kulit
bapa hitam batu
mata
bapa jernih kapur
cinta
berlebih, dari yang lain
hati
bapa hati belerang
cinta
alam sekeras bintang
tak
pernah kujumpakan di manapun
-
Begitu bercinta umur
tapi
jangan tuan terlalu lama
memandang
kami
jangan
menerima seperti kami
sebelah
utara ada laut
sebelah
selatan ada pantai
kalau
kami tak berjanji
pada
diri dan kebun halaman
sudah
bukan lagi penggali kapur
Salam
tuan
marilah
turut menyanyikan
akan
tuan rasa nanti
getar
apa tersimpan di hati
getar
di hati kami
-
hula
hulee hula ho oo
hula
hulee hula ho oo
getar
dalam hitam malam
getar
jauh biru laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar